Para pemimpin Arab dan Israel akan bertemu di Sharm al-Shaikh, Mesir selama 3 (tiga) hari untuk membahas masalah reformasi dan perang melawan terorisme. Acara ini berlangsung hanya sebulan setelah 3 serangan bom beruntun yang menggoncang wilayah Dahab, Sinai, April lalu.
Hari Sabtu (20/05) Forum Ekonomi Dunia Timur Tengah atau World Economic Forum (WEF) Middle East mulai melakukan pertemuan yang dihadiri lebih dari 1. 200 tokoh politik dan ekonomi di kawasan Timur Tengah.
Selama tiga hari (Sabtu 20/05 – Senin 22/05) para peserta forum akan membahas sejumlah persoalan politik, ekonomi dan sosial terkait dengan masalah reformasi dan investasi di kawasan.
Pertemuan WEF ini berlangsung dalam prosedur pengamanan ketat setelah serangakaian serangan terjadi di sejumlah kawasan wisata Mesir di tepi laut Merah.
Mengenai keikutsertaan Israel dalam forum ini, PM Mesir Ahmad Nadzif mengatakan di sela-sela persiapan pengamanan bahwa keikutsertaan Israel telah sesuai dengan tuntutan globalisasi yang menuntut pembukaan pintu bagi semua pihak.
Setelah dibuka oleh Presiden Mesir Husni Mubarak, forum melakukan berbagai sidang yang di antaranya membahas masalah reformasi di kawasan. Turut bergabung dalam sidang ini ketua komisi politik partai berkuasa Mesir Gamal Mubarak, PM Turki, PM Pakistan dan penasehat Raja Yordania.
Persoalan Utama
Di antara sidang yang sangat penting dalam forum ini adalah pembahasan khusus masalah ekonomi Palestina. Menteri Perdagangan dan Industri Mesir, Rasyid Muhammad Rasyid menegaskan bahwa sidang hari kedua, Minggu (21/05), akan diikuti oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Wakil PM Israel Shimon Peres.
Dijadwalkan Abbas juga akan ikut dalam sidang lain yang membahas seputar kepemimpinan bagi generasi mendatang yang juga dihadiri Menlu Israel Tzipi Livni. Sejumlah kabar menyebutkan kemungkinan adanya pertemuan antara Presiden Abbas dengan PM Israel Ehud Olmert di sela-sela sidang WEF.
Pendiri dan Ketua World Economic Forum (di Dafus Yordania ), Klaus Schwab menegaskan pentingnya dunia melawan “fenomena terorisme” dengan tegas melalui perangkat-perangkat yang disepakati. Tokoh kelahiran Jerman tahun 1938, yang kini juga menjabat sebagai Sekjen Lembaga Shimon Peres, ini menambahkan bahwa pertemuan di Syarm al-Syaikh akan memberikan lampu pada pentingnya penambahan investasi di kawasan Timur Tengah untuk menyediakan seratus juta kesempatan kerja dalam sepuluh tahun mendatang. (was/aljzr)