Masyarakat pedalaman di utara Pakistan kini tidak segan lagi memberikan vaksinasi polio pada anak-anaknya, setelah Muttehida Majlis-e-Amal (MMA) mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa vaksinasi polio tidak berbahaya bagi anak-anak.
MMA adalah organisasi aliansi partai-partai Islam yang cukup berpengaruh di Pakistan. Dalam fatwa yang diumumkan presiden MMA Qazi Hussein Ahmad dan sektretaris jenderalnya Malana Fazlul Rahman pada bulan Januari kemarin, MMA menyerukan agar masyarakat mengizinkan para petugas kesehatan memberikan vaksin polio pada anak-anak mereka.
Sebelumnya, masyarakat pedalaman enggan memberikan vaksin polio pada anak-anaknya karena beberapa imam setempat mengatakan bahwa vaksin itu bertujuan untuk men-sterlisasi anak-anak Muslim sebagai salah satu cara untuk menghentikan pertumbuhan populasi Muslim di dunia. Akibatnya, para tokoh yang dituakan di desa-desa setempat dan warganya menolak kedatangan para petugas medis yang ingin memberikan vaksin tersebut pada anak-anak.
Tapi setelah MMA menjelaskan bahwa vaksin polio penting untuk kesehatan anak-anak, warga tidak khawatir lagi.
"Saya membawa anak-anak lelaki saya untuk divaksinasi pekan kemarin. Saya puas setelah membawa fatwa itu, " kata Momin Khan, warga kota Kohistan yang berbatasan dengan wilayah Afghanistan.
Warga lainnya, Sabz Ali juga membawa anak laki-laki dan perempuannya untuk mendapatkan vaksinasi polio, setelah membaca fatwa MMA.
"Saya mulanya tidak terlalu peduli ketika petugas kesehatan datang ke rumah saya dan berusaha meyakinkan agar anak-anak saya divaksinasi. Saya menolaknya, karena yang ada dalam benak saya hanya perintah dari para sesepuh saya agar menolak vaksinasi, " tutur Ali.
"Tapi, waktu saya mendengar dua tetangga saya yang juga menolak akhirnya memberikan vaksinasi pada anak-anaknya, saya bertanya pada mereka mengapa melakukan itu?"
"Mereka kemudian menunjukkan fatwa itu, dan saya tidak punya alasan lagi untuk menolak vaksinasi, " ujar Ali mengenang saat ia masih menolak vaksinasi polio sampai akhirnya mengizinkan anak-anaknya divaksinasi.
Penolakan dan penerimaan masyarakat terhadap pemberian vaksin polio tidak lepas dari kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Pakistan lebih mempercayai apa yang dikatakan para ulama yang menjadi panutannya, daripada pernyataan pejabat pemerintah atau politisi. Fakta ini terungkap dalam studi yang dilakukan Gallup Pakistan belum lama ini.
Tantangan Bagi Tenaga Medis
Tenaga medis di Pakistan memang harus menghadapi tantangan yang tidak ringan untuk membuat masyarakat mau menerima vaksin polio untuk anak-anaknya. Mereka bahkan menghadapi boikot dari masyarakat, bahkan dari keluarga mereka sendiri.
"Saya hampir mengajukan pengunduran diri, karena… Bahkan keluarga saya sendiri menolak bicara dengan saya, jika saya tidak melepas pekerjaan saya, " kata Hidayat Amin, seorang tenaga kesehatan lokal.
Menurut pengakuannya, sebelum ada fatwa MMA, sebenarnya banyak warga lokal yang mengizinkannya memberikan vaksi polio pada anak-anak mereka, meski harus diam-diam karena takut diasingkan warga sedesanya.
Pengasingan semacam itu sudah menjadi tradisi sebagian kelompok etnis yang ada di pedalaman Pakistan. Hukuman pengasingan itu dijatuhkan oleh Jirga, sebuah dewan sesepuh kelompok masyarakat. Jika hukuman itu sudah dijatuhkan pada seseorang, maka warga satu desa tidak akan bicara, duduk bersama atau berjabat tangan dengan orang yang diasingkan itu.
"Tapi, kondisinya sekarang sudah jauh lebih baik, setelah ada fatwa dari MMA, " tukas Amin.
Pakistan adalah adalah satu dari empat negara di mana polio masih menjadi endemi. Selain Pakistan, negara lainnya yang masih menghadapi masalah penyakit polio adalah Nigeria, India dan Afghanistan.
Menurut catatan WHO, pada tahun 2006 terdapat 39 kasus polio di Pakistan. Padahal tahun sebelumnya hanya 28 kasus. Kasus-kasus polio di Pakistan, banyak terjadi di wilayah North-West Frontier Province. (ln/iol)