Sudais menganggap, usaha apapun untuk mengancam dan mengintimidasi perubahan di Saudi adalah sia-sia, bahkan akan berbalik negatif pada keamanan, kedamaian, dan stabilitas. “Negara kita akan tetap diberkah dan selalu menjadi pioner yang kokoh,” tutur dia.
Pengarang Buku ‘La Tahzan’ A’idh al-Qarni
Meski pernah ditangkap karena sikapnya yang kritis terhadap keberadaan tentara asing di Arab Saudi saat Perang Irak-Kuwait, sikap politik Qarni cenderung melunak terhadap rezim. Ini juga tak terlepas dari pengawasan ketat dan pembatasan terhadap ceramah berikut artikel-artikelnya yang berkenaan dengan politik.
Begitu Saudi mengakui Khashoggi tewas terbunuh meski dengan klaim akibat cekcok, Qarni menulis sebuah artikel dalam Majalah al-Muwathin.
Dia menyebut satu kalimat yang cukup tegas,”Pengkhianatan terhadap negara adalah kriminal fatal dan memberangus hak negara adalah kerendahan yang hina dina,” tulis dia.
Dalam artikelnya itu mula, dia menegaskan konspirasi terhadap Saudi adalah serangan terhadap Islam itu sendiri. Hal ini karena Saudi adalah lokasi turunnya wahyu, tempat diutusnya Jibril, kerajaan yang agung, dan tanah yang suci.
Dia menutup artikelnya itu dengan sebuah doa yang intinya meminta agar para pemimpin dilimpahkan bimbingan dan semoga Allah menjaga negara dan agama dari konspirasi para makar. Redaksi lengkap doa Qarni sebagai berikut:
”Allahomma waffiq qiyadatana lima fihi khairal bilad wa al-‘ibad, wahfadz ‘alaina dinana wawathanana wa amnana min kaidi al-kaidin wa makri al-makirin, wa raddihim ‘ala a’qabihim khaibin waj ‘alna aminina muthmainna, birahmatika ya arhamarrahimin.”
Dukungan Qarni juga tampak jelas pada cuitannya 15 Oktober lalu. Cuitan tersebut merupakan cuitan lama yang dia tulis 24 September yang isinya berupa syair-syair pujiannya untuk Putra Mahkota Muhammad bin Salman.