Darah tumpah kembali di Palestina. Ini tragedi pembunuhan pertama kali antar rakyat Palestina, pasca kesepakatan Makkah. Salah satu anggota batalyon Al-Qassam, sayap militer Hamas, gugur pagi hari Ahad (11/3) dalam kontak senjata yang pecah di utara Ghaza. Kontak senjata terjadi antara pendukung Hamas dan pendukung gerakan Fatah.
Peristiwa pertumpahan darah yang berbuntut pada korban nyawa rakyat Palestina itu kian miris karena justru terjadi dalam proses pembentukan pemerintahan koalisi Palestina dan dalam suasana intensifnya Zionis Israel yang ingin menggagalkan terbentuknya pemerintahan tersebut. Hari itu, PM Zionis Israel Ehud Olmert sedang menggelar pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas di Yerussalem.
Sejumlah bom mortir menggetarkan sudut kota Beit Hanun, Ghaza, pada pagi hari Ahad. Rangkaian ledakan itu lalu berlanjut pada saling tembak yang suaranya terdengar jelas memecah keheningan pagi. Sejumlah saksi mata mengatakan kepada Reuters, “Seorang bersenjata dari Hamas terkena tembakan dan terluka parah. Sementara ada dua orang prajurit Fatah yang juga terluka tembakan. ” Tak lama kemudian, seorang anggota Al-Qassam yang turut dalam kontak senjata itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ia adalah Muhammad Kafarana. Selain anggota Al-Qassam, ia juga sebagai bagian dari kepolisian Palestina.
Hamas meminta Fatah bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan terhadap mobil yang dikendarai Kafarana. Tapi jubir Fatah menuding, “Orang-orang bersenjata dari Hamas melontarkan tembakan lebih dahulu ke mobil yang dikendarai anggota batalyon Syuhada Al-Aqsha yang merupakan sayap militer Fatah, pimpinan Abbas. ”
Kabar pertikaian ini pun segera menyebar ke telinga rakyat Palestina. Pasukan militer Fatah meningkatkan kesiagaan di utara Ghaza dan memerintahkan pengikutnya untuk bersiap menghadapi berbagai kemungkinan. Sejumlah titik tertentu dilakukan pemeriksaan ketat untuk menghalangi masuknya kendaraan milik Hamas.
Krisis antara milisi bersenjata Hamas dan Fatah sudah semakin runcing pada sore hari Sabtu (10/3) setelah seorang pemuda bersenjata dari Fatah menembak rumah tinggal Menteri Urusan Tahanan Palestina di Tepi Barat. Tembakan itu disambut lagi oleh milisi bersenjata Hamas dengan menyerang universitas Al-Quds yang menjadi basis Fatah di Ghaza. Insiden itu melukai seorang mahasiswa yang berafiliasi pada Fatah. Diperkirakan tragedy inilah yang memancing bentrokan selanjutnya.
Kondisi ini semakin parah mengingat Fatah telah mendirikan pos pos militernya di seantero Ghaza. Pada saat yang sama, sejumlah anggota Hamas tengah intensif melakukan latihan militernya di Palestina maupun di luar Palestina. Anggota Hamas dilatih antara lain di Iran, Sudan, Yaman dan Suriah, seperti dilansir Islamonline.
Kesepakatan Makkah, yang sangat dibanggakan itu akhirnya cacat. Tujuh minggu berlalu, di mana salah satu poin kesepakatan adalah mengharamkan saling bunuh antara Hamas dan Fatah. Dan sebelum kesepakatan itu terjadi, tak kurang dari 100 orang rakyat Palestina yang tewas dalam pertikaian antar mereka. (na-str/iol)