Fatah Cabut Kesepakatan Damai dengan Hamas

Kesepakatan damai itu belum lagi seumur jagung. Itulah ungkapan yang muncul dari perdamaian yang dilakukan oleh Fatah dan Hamas.

Baru satu hari kemarin, terjadi penandatanganan Kesepakatan Shan’a, yang berisi perdamaian serta melanjutkan dialog antara Fatah dan Hamas, kini kelompok Fatah membatalkan kesepakatan tersebut.

Namer Hammad, konsultan politik Presiden Abbbas mengatakan bahwa apa yang terjadi dalam kesepakatan Shan’a di Yaman antara Azam Ahmad, perwakilan Fatah dan DR. Musa Abu Marzuq dari Hamas, adalah kekeliruan. Menurutnya Azam Ahmad belum menyampaikan substansi kesepakatan itu kepada Mahmud Abbas sebelum ia mendandatanganinya.

Meskipun Hammad menegaskan bahwa Azzam Ahmad memang orang yang ditunjuk untuk memantau dan menyikapi usul perdamaian yang digagas pemerintah Yaman, tapi menurut Hammad, “Bentuk penunjukan itu tidak mutlak menjadikan seseorang bisa melakukan apa saja. Apa yang dilakukan Azzam Ahmad itu adalah kekeliruan karena ia tidak merujuk pada pendapat Presiden yang harusnya ia lakukan sebelum menandatangani kesepakatan.”

Di sisi lain, konsultan Abbas itu membenarkan bahwa prinsip diutusnya delegasi Fatah ke Yaman adalah, karena adanya ide perdamaian dari Yaman. “Kami dalam hal ini setuju dengan ide Yaman untuk kembali melakukan kesepakatan dari poin pertama, yakni mengembalikan segala urusan seperti sedia kala sebelum bulan Juni 2007. Tapi itu tidak termasuk bahwa kami menerima dialog sebagaimana yang tercantum dalam pernyataan Shan’a yang ditandatangani oleh masing-masing delegasi Fatah dan Hamas.

Hammad menambahkan bahwa penandatanganan itu, akan menjadikan pihaknya mendapat tekanan AS dan dunia internasional, sehingga tidak memberi kebaikan para rakyat Palestina dan bangsa Arab. “Yang paling penting dari poin proposal perdamaian Yaman itu adalah poin pertama bahwa kita akan mengembalikan kondisi seperti semula, dan memuat teks untuk tidak melakukan revolusi. Tapi jelas kami tidak mungkin kembali membiarkan setiap kelompok memiliki senjata dan milisi bersenjata, ” ujarnya. (na-str/pic)