Saat kedukaan umat Islam menyeruak oleh tragedi kemanusiaan di Ghaza akibat isolasi Israel. Muncul berita yang tak kalah memilukan dari Fallujah, Irak, akibat pendudukan Amerika.
“Di sini, 20 orang anak meninggal setiap hari. Tujuh dari mereka setiap hari meninggal di ruangan ini saja, ” begitulah ungkapan seorang dokter Irak di RS Fallujah, di sebelah barat laut Irak tentang kesedihannya dan bencana kematian di kotanya.
Bencana kemanusiaan ini menurutnya akibat serangan udara AS ke wilayahnya sejak Maret 2003 yang melumpuhkan kehidupan masyarakatnya.
Dr. Kamal, dalam keterangannya kepada The Independent, harian Inggris, mengatakan, “Kami dikepung dari atas dan dari bawah. Kami tidak mempunyai obat –obatan, tidak mempunyai oksigen, tidak ada listrik dan tidak ada air…“
Saat wawancara dengan wartawan, Dr. Kamal sempat menghimpun para dokter yang ada dan memberi instruksi untuk mengerahkan semua kemampuan mendampingi para pasien dan menolong mereka. Tapi, “ketiadaan fasilitas medis yang standar menyebabkan banyak anak-anak yang tidak tertolong, ” ujarnya.
Dalam situasi itu, tiba-tiba saja seorang perempuan tua Irak berteriak, “Amerika tidak memberikan apapun untuk kami. Mereka tidak memberi apapun kecuali kehancuran.”
Fallujah memang menjadi salah satu kota dunia yang paling sulit dimasuki orang luar. Meski tidak jauh dari kota Baghdad (sekitar 55 km), tapi ada sedikitnya 27 titik pemeriksaan yang setiap pos diisi oleh tentara bersenjata. Pasukan Amerika menghancurkan Fallujah pada November 2004 silam, saat mereka berdalih memburu para pejuang Irak bersenjata.
Meskipun peperangan sudah sangat mereda dalam dua tahun terakhir ini, tapi sejumlah serangan sporadis masih terjadi di beberapa tempat. (na-str/iol)