Saat mengetahui Tarrant melakukan teror mengerikan di Christchurch, Gray terkejut. Dia menduga Tarrant berubah menjadi ekstrem dan radikal saat melakukan perjalanan ke Eropa dan Asia pada awal tahun 2010-an.
PM Ardern mengonfirmasi Tarrant telah bepergian keliling dunia dan keluar-masuk Selandia Baru di sela-sela perjalanannya ke luar negeri. “Individu ini telah bepergian keliling dunia, dengan secara sporadis menghabiskan waktu di Selandia Baru,” sebutnya.
Manifesto Anti-Muslim Dikirim Pelaku ke PM New Zealand
Kantor PM Ardern mengonfirmasi pihaknya menerima salinan ‘manifesto’ yang ditulis Tarrant kurang dari 10 menit sebelum teror dimulai pada Jumat (15/3) kemarin.
Selain Kantor PM Ardern, ada 70 pihak lainnya yang menerima salinan manifesto itu sesaat sebelum teror terjadi di dua masjid — Masjid Al Noor dan Masjid Linwood — di Christchurch. Salinan itu diterima via email.
Tarrant sebelumnya diketahui sempat memposting secara online sebuah manifesto setebal 87 halaman, yang isinya menyebutkan alasannya melakukan penembakan brutal itu. Manifesto itu berisi pandangan anti-imigran, anti-muslim dan penjelasan mengapa serangan itu dilakukan.
Mereka yang juga menerima salinan manifesto antara lain, sejumlah politikus Selandia Baru, kemudian Ketua Partai Nasional Selandia Baru, Simon Bridges dan Ketua Parlemen Selandia Baru, Trevor Mallard, serta media massa baik domestik maupun internasional.
Menurut juru bicara PM Ardern, manifesto itu disusun seolah-seolah serangan telah terjadi. “Surat itu menyatakan alasannya melakukan serangan itu. Dia tidak menyebut ini hal yang akan dilakukan. Tidak ada kesempatan untuk menghentikannya,” sebut juru bicara PM Ardern dalam pernyataannya.
Seorang WNI yang Hilang Dipastikan Meninggal Dunia
Satu warga negara Indonesia (WNI) bernama Lilik Abdul Hamid yang sebelumnya dilaporkan hilang usai teror terjadi di Christchurch, telah dinyatakan meninggal. Kepastian meninggalnya Lilik dikonfirmasi oleh Duta Besar RI untuk New Zealand, Tantowi Yahya, dalam pernyataannya.