Sebuah analisa militer mengatakan, serangan menggunakan pesawat F-22 Raptor, efektif untuk menghalangi ambisi pengembangan nuklir Teheran.
Dalam sebuah tinjauan pada bulan Februari lalu mengenai program nuklir Iran yang dilakukan oleh badan energi atom internasional-menemukan adanya ambiguitas dalam pengembangan nuklir tersebut.
Iran sendiri telah berminat untuk mengembangkan sistem pertahanan udaranya lebih jauh untuk mengantisipasi serangan udara yang mungkin dilakukan.
Sementara itu, Rusia telah mempertimbangkan untuk menjual sebuah sistem pertahanan udara ke Iran, dan menurut analisis militer, hal tersebut akan membuat wilayah udara Iran menjadi sebuah "virtual no-fly zone".
Sebuah laporan yang dibuat oleh Washington Institut untuk Kebijakan Timur Tengah mengatakan bahwa jika pembicaraan gagal untuk meyakinkan Iran untuk meninggalkan program nuklirnya, maka serangan yang akan dilakukan F-22 dapat menetralkan ancaman dari nuklir Iran itu.
"Hanya pesawat tempur F-22 yang bisa bertahan terhadap sistem pertahanan udara yang mampu menembakkan misil dari darat ke udara," kata mantan perwira pada asosiasi pesawat kepresidenan – Letjen Mike Dunn.
"Serangan udara dari F-22 dapat mengembalikan kredibilitas dari opsi tindakan militer ," kata sebuah laporan.
Sedangkan pasukan AS sendiri lebih mengandalkan F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon untuk melakukan operasi militer dalam mengkounter perlawanan yang dilakukan para pejuang di Iraq dan Afghanistan, Washington mungkin telah kehilangan kemampuan pertahanan daratnya berkaitan dengan ancaman yang bersifat konvensional.
Sekilas pesawat tempur F-22 Raptor
F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen.
Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan. (fq/mt/wiki)