Di tengah kekacauan yang semakin memuncak, dan kemungkinan Israel melakukan infiltrasi terhadap Mesir, dan memberikan dukungan senjata kepada kekuatan pro-Mubarak, Wakil Presiden Omar Sulaiman dan Perdana Menteri Ahmed Shafiq mengundang kelompok-kelompok oposisi untuk dialog. Tetapi berita hasil pertemuan itu belum dapat dikonfirmasi.
Mubarak sendiri telah mempersiapkan rencana matang untuk mempertahankan kakuasaannya dengan cara-cara yang brutal, termasuk menggunakan aparat negara, seperti polisi, intelijen, unsur partai NDP, dan para kiriminal guna menghantam para penentangnya. Mubarak kemungkinan mendapatkan dukungan senjata dari Israel.
Sementara itu, sejumlah kalangan oposisi menolak bertemu dengan wakil pemerintah. Mereka tetap pada tuntutannya agar Mubarak segera mengundurkan diri dari kekuasaannya. Kalangan oposisi menolak segala bentuk dialog, karena ini hanya untuk mereduksi gerakan menurunkan Mubarak.
Hampir dapat dipastikan kalangan oposisi menolak segala ajakan dialog, yang hanya tujuannya untuk mengulur-ngulur waktu, dan memberikan keleluasaan kepada Mubarak, mengatur strategi.
Mounir Abdul Nour, Sekretaris Jenderal Partai Wafd, yang berhaluan sekuler, Kamis, mengatakan menolak untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembicaraan dengan Wakil Presiden Omar Sulaeman. Nour mengakui mendapatkan undangan dari Omar Sulaeman untuk menghadiri dialog, Rabu yang lalu. Tetapi Nour menambahkan, bahwa ia akan berpartisipasi, jika Omar menghentikan adanya serangan yang dilakukan kelompok pendukung Mubarak.
Dibagian lain, pemimpin terkemuka IKhwanul Muslimin, Essam El-Erian, menegaskan bahwa Ikhwan tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan yang digagas oleh Wakil Presiden Omar Sulaeman dan Perdana Menteri Ahmed Shafiq. Ikhwan telah diundang oleh Omar untuk menuju perundingan dan dialog. "Kami menolak segala bentuk perundingan dengan Omar", ujar Essam.
Sementara itu, juru bicara Ikhwan, Mohamed Morsy, menegaskan bahwa Ikhwan siap menghadapi segela konsekwensi dari situasi yang ada. "Gerakan menentang Mubarak ini, sudah merupakan gerakan seluruh elemen bangsa", tambahnya.
Tak tertutup kemugkinan yang melakukan serangan dengan menggunakan senjata itu, adalah aparat negara (polisi dan intelijen) yang menggunakan pakaian sipil, dan mendapat suplai senjata dari Israel, agar perlawanan dari kelompok oposisi itu berhenti, dan memaksa mereka mengikuti strategi Mubarak, yang baru akan mundur September nanti, melalui proses pemilu, yang belum tentu akan berlangsung jujur.
Unsur-unsur pendukung Mubarak sudah menggunakan senjat otomatis, dan menembakkan senjata ke arah kelompok oposisi. Seorang agen intelijen yang tertangkap oleh kelompok oposisi sedang di interogassi di lapangan Tahrir, dan menunjukkan mereka orang-orang yang terlatih yang memang dipersiapkan untuk menghantam oposisi.
Sekarang dua kelompok yang saling berhadapan di Cairo dipisahkan oleh pasukan militer, disebutkan lima orang tewas dari kelompok yang menentang Mubarak. Menurut Nile TV, korban yang luka mencapai 836 orang, termasuk 200 orang yang saat melakukan aksi Kamis pagi. Sejumlah orang yang terlibat aksi mengalami kondisi sangat kritis.
Di kota Alexandria, kota kedua terbesar di Mesir, hari Kamis, relatif tenang, tidak terjadi bentrok yang hebat seperti yang terjadi di lapangan Tahrir Cairo, yang merupakan ‘epicentrum’ dari gerakan pembebasan bagi Mesir, yang ingin menggulingkan Mubarak. Sekarang kekuatan kelompok pro-Mubarak di mobilisasi ke lapangan Tahrir untuk menghadapi kekuatan anti Mubarak. Mungkin ini akan menjadi konflik terbuka, yang lebih dahsyat.
Kelompok-kelompok gerakan yang menentang Mubarak mendirikan barekade di wilayah-wilayah Cairo, dan mereka mempersenjatai diri dengan berbagai senjata, termasuk menggunakan molotov, menghadapi para pendukung Mubarak, yang menggunakan senjata otomatis, dan senjata lainnya, yang menghadang gerakan yang menentang Mubarak.
Kekuatan anti Mubarak berlindung di balik pohon-pohon dan dinding tembok yang ada di sekitar lapangan Tahrir. Eskalasi krisis akan semakin menghebat, karena Mubarak tetap bertahan, dan adanya campur tangan Israel, yang ingin mempertahankan Mubarak.
Seorang pejabat dari Dewan Keamanan Nasional (National Securtiy Council) dalam pemerintahan Obama, menyatakan, bahwa dalam waktu 24 sampai 48 jam mendatang menuju situasi yang paling kritis di Mesir. Kemungkinan akan pecah perang saudara di Mesir. Akibat Mubarak yang memobiliasi kekuatan pendukungnya yang ingin mematahkan perjuangan rakyat Mesir, yang ingin menggulingkannya.
Kalangan oposisi menegaskan hari Jum’at ini batas waktu bagiMubarak, dan harus meninggalkan kekuasaannya, dan pergi dari Mesir. Inilah taruhan yang sangat berbahaya, dan kemungkinan akan terjadi perang sipil, antara aparat yang pemerintah Mubarak dan unsur yang mendukung Mubarak dengan yang menginginkan Mubarak pergi. (m/cnn)