Pemimpin senior Ikhwanul Muslimin Essam el-Erian, mengatakan, organisasinya memberikan Mubarak waktu seminggu untuk meninggalkan kekuasaannya – di mana Ikhwan ‘tidak ada kompromi’.
Tak terbayangkan, ketika menuju pintu masuk lantai bawah yang dipenuhi sampah, dan tangga yang gelap serta sempit. Hanya ada sedikit ‘kemewahan’ mulai dari pintu lantai dua – ruangan besar dan luas, serta pintunya yang dihiasi – tidak ada petunjuk apapun, mengenai apa yang ada di dalam apartemen itu, dan sebuah apartemen yang sudah kuno alias ketinggalan zaman, di Cairo.
Di balik pintu yang bersahaja itu, tak lain, adalah Kantor Pusat Ikhwanul Muslimin, gerakan yang – menjadi tempat banyak orang memberikan kepercayaan – adalah kekuatan yang akan membuat Mesir menuju sebuah perubahan besar.
Ikhwan saat ini terlibat bersama kekuatan-kekuatan politik utama, yang ingin menciptakan perubahan. Apakah Mesir menuju kearah negara seperti yang ditakutkan oleh Barat, yang akan menjadikan Islam sebagai prinsip, atau Ikhwan ikut mendorong menuju demokrasi melalui proses transisi yang sekarang sedang menjadi perjuangan bersama rakyat Mesir?
Ikhwan selalu ditakuti, dicurigai, difitnah, serta berbagai tuduhan negatif lainnya, terutama dari kalangan Barat, dan tidak aneh, bila Ikhwan memilih sikap ‘low profile’, dan tidak menonjol. Kantornya nampak dari pintu depannya kumuh, tidak layak sebagai sebuah gerakan yang mempunyai pengaruh yang begitu luas. Kantor pusat Ikhwan benar-benar nampak bersahaja. "Kami tidak berada di garis depan", ujar Essam el-Erian, kepada The Guardian. "Kami selalu berada dibelakang", tambahnya.
Nampak, selintas Ikhwan tidak memperlihatkan posisinya yang menonjol, ketika gerakan protes di Mesir berlangsung sangat dahsyat, selama dua minggu ini. Tetapi, sekarang semuanya kekuatan politik di Mesir, sangat memperhitungkan Ikhwan, sebagai kelompok organisasi yang tertua di Mesir. Ikhwan perlahan-lahan keluar di tengah hiruk-pikuk situasi politik yang ada, dan tetap mengontrol dirinya dengan cermat.
Ketika teriakan panggilan pertama dari kekuatan massa yang pro-perubahan tanggal 25 Januari, Ikhwan menanggapi dengan sangat hati-hati, karena Ikhwan harus memperhitungkan setiap langkahnya. Kekuatan anti-pemerintah yang besar, dan bukan seluruhnya merupakan kekuatan Ikhwan, harus tetap menjadi perhatian Ikhwan, yang akhirnya terlibat dalam gerakan revolusioner, yang belum pernah terjadi selama 30 tahun.
Ikhwan tidak ingin kehilangan momentum, menghadapi situasi krisis di Mesir, dan menyatukan diri dengan gerakan pro-perubahan. Ikhwan mempunyai kepentingan yang asas, yaitu mengakhiri rezim diktator Hosni Mubarak, yang sudah berkuasa dalam kurun waktu yang panjang 30 tahun.
Sekarang, Ikhwan berdiri di garda depan bersama dengan kekuatan politik lainnya, dan berpartisipasi bersama dengan kalangan muda, yang menjadi motor gerakan perubahan di negara Spinx itu. Sekalipun Ikhwan menghadapi tantangan di dalam negeri Mesir maupun dari kalangan Barat.
"Tidak ada kompromi. Kami menilai kembali posisi kami setiap hari, mungkin setiap jam. Kami memberi mereka batas waktu untuk membahas … Orang-orang di sekitar Mubarak .. yang akan mengatur, karena mereka adalah simbol dari rezim dan yang mengendalikan pemerintahan. Berapa waktu yang mereka butuhkan .. Kami memberikan mereka kesempatan, Seminggu ini.. ", ujar Essam el-Erian, kepada The Guardian, Selasa kemarin. (mh/grdn)