Eropa Dicekam "Penyakit" Phobia dan Rasisme

Rasisme, rasa takut terhadap orang asing dan sikap tidak toleran ternyata sedang menghinggapi masyarakat Eropa, dan kadarnya terus meningkat. Komisi hak asasi manusia Uni Eropa dalam laporan terbarunya, bahkan menyebut kondisinya sekarang sudah sangat komplek dan mengkhawatirkan.

Laporan Council of Europe’s Commision against Racism and intolerance (ECRI) yang dirilis Jumat (25/5) itu menyatakan berbagai bentuk rasisme dan sikap tidak toleran masyarakat Eropa terlihat hampir di semua negara anggota pan Eropa yang berjumlah 46 negara. Salah satu manifestasi dari sikap tidak toleran adalah pernyataan-pernyataan banyak politisi di Eropa yang mengandung prasangka buruk dan menunjukkan ketidaksukaan pada orang-orang yang berasal dari luar Eropa.

"Kita menutup akses orang luar yang bukan dari komunitas kita, ini merupakan perkembangan yang sangat menyedihkan. Eropa dibangun dengan nilai-nilai seperti toleransi dan pendekatan secara kemanusiaan. Tapi kelihatannya, tiba-tiba saja, yang paling penting sekarang adalah keamanan, dan hal lain dikorbankan, ‘ papar Presiden ECRI Eva Smith-Asmussen dalam keterangannya pada para wartawan.

Menurut laporan ECRI, hampir setiap hari terjadi kasus diskriminasi di banyak negara-negara Eropa. "Banyak orang yang menderita akibat diskriminasi di bidang-bidang penting seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lapangan kerja, " kata Eva.

ECRI mengungkapkan, diskriminasi kini menjadi masalah serius di Eropa. Kelompok yang kerap mengalami diskriminasi adalah kalangan Yahudi, warga kulit hitam dan tentu saja warga Muslim.

"ECRI prihatin dengan makin meningkatnya tindakan buruk terhadap warga Muslim atau mereka yang diyakini sebagai Muslim, " tulis ECRI dalam laporannya.

Presiden ECRI menyatakan, di beberapa negara Eropa, aparat kepolisian membuat semcam pos pemeriksaan dan warga Muslim menjadi target utama dibandingkan warga masyarakat lainnya. ECRI juga menyebutkan bahwa perang melawan terorisme telah memicu munculnya produk undang-undang yang isinya diskriminatif di banyak negara Eropa.

ECRI menuding para politisi di Eropa telah berperan besar memicu rasisme dan sikap intoleran Eropa terhadap warga asing. "Banyak politisi yang beranggapan bahwa inilah yang ingin didengar publik, " kata Eva Smith-Asmussen.

"Nada perdebatan politik bukan hanya makin membuat situasi makin tegang, tapi juga bertendensi menimbulkan stigmatisasi terhadap kelompok-kelompok masyarakat secara keseluruhan, " sambung Eva. Dan hal itulah yang menurut Eva menumbuhkan bibit-bibit atas sikap dan tindakan dikriminasi ras terhadap sebagian populasi di Eropa. (ln/iol)