Pamer kekuatan senjata yang dilakukan Bush untuk "menakut-nakuti" Iran, membuat para senator di AS dan pemimpin negara-negara Eropa khawatir, bahwa AS akan kembali mengobarkan perang, kali ini dengan Iran.
Pada Selasa (30/1) kemarin, Bush telah memerintahkan pengerahan kapal induk kedua ke kawasan Teluk. Dengan kehadiran kapal induk itu, keberadaan angkatan laut AS di Teluk mencapai jumlah tertinggi sejak invasi ke Irak tahun 2003.
Pentagon juga membekukan penjualan suku cadang peawat tempur F-14, karena khawatir suku cadang itu dijual kembali ke Iran. Iran memiliki pesawat tempur jenis F-14 sejak tahun 1979, sebelum pecah revolusi Iran.
Belum lagi retorika Bush yang terus menerus membentuk opini publik bahwa Iran berperan dalam kekacauan sektarian di Irak, dan bersama Suriah menyalurkan bantuan senjata pada kelompok-kelompok tertentu di negeri itu.
Bush bahkan mengeluarkan kebijakan untuk "membunuh atau menangkap" jika ditemukan agen-agen intelejen Iran di Irak.
Atas sikap AS itu, para diplomat di Eropa menyatakan, ada celah yang makin melebar antar AS dan sekutunya di Eropa terkait dengan masalah Iran. Eropa memikirkan dari segala sisi soal opsi militer AS terhadap Iran.
"Ke manapun ada berpaling, akan terlihat kekhawatiran, " kata seorang diplomat yang bekerja pada International Atomic Energy Agency (IAEA) di Wina pada surat kabar Guardian, edisi Rabu (31/1).
"Waktu berjalan terus. Aksi militer kembali dikedepankan, bahkan lebih serius dari sebelumnya. Bahasa di AS sudah berubah, " kata seorang diplomat Eropa lainnya.
Ia mengatakan, beberapa negara Barat bahwa inilah saatnya untuk melakukan tekanan pada Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad.
Kekhawatiran atas sikap Bush terhadap Iran, juga dilontarkan anggota senat dari Demokrat bahkan dari kalangan Republik.
"Saya pikir, banyak dari kami yang khawatir, bahwa kita akan terlibat peperangan dengan Iran tanpa melakukan pendekatan diplomatik yang agresif, dan rakyat AS tidak memahami apa sebenarnya yang terjadi, " kata Senator Barack Obama disela-sela hearing Komite Senat bidang Hubungan Luar Negeri, Selasa (30/1).
Ia mengatakan, Demokrat dan Republikan akan meminta "kejelasan dan transparansi soal kebijakan AS, sehinga kita tidak mengulang kesalahan yang telah kita buat di masa lalu. "
Obama mengacu pada pengalaman invasi ke Irak, di mana pemerintah AS telah salah menggunakan informasi dari badan intelejennya, yang mengatakan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal
Chuck Hagel adalah salah seorang senator dari Partai Republik yang menyuarakan kekhawatirannya tentang kemungkinan aksi militer AS terhadap Iran. Untuk itu, ia meminta John Negroponte, mantan intelejen yang ditunjuk menjadi salah satu diplomat andalan AS, untuk menelusuri kemungkinan konfrontasi militer AS dengan Teheran.
Negroponte sendiri bersikap "abu-abu" dalam masalah Iran. Suatu saat ia menyarankan agar Bush mengedepankan diplomasi. Tapi di saat lain, ia buru-buru menambahkan bahwa, "Kami tidak mengabaikan kemungkinan lain. " (ln/iol)