Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Jumat meluncurkan pernyataan marahnya , ia mengatakan saat ini ada “Lawrence of Arabia” moderen yang bertekad menyebabkan kekacauan di Timur Tengah.
T.E. Lawrence, lebih dikenal sebagai Lawrence of Arabia, membantu para pemimpin Arab untuk lakukan pemberontakan melawan Kekhilafahan Ottoman selama Perang Dunia I.
Bahkan bagi yang tidak mengetahui kisah konspirasinya, Lawrence masih dianggap sebagai seorang pahlawan di Inggris dan banyak negara Arab.
Tapi Erdogan menegaskan ia melihat petugas intelijen Inggris itu yang sering menggunakan busana Arab – sebagai simbol campur tangan di wilayah Arab untuk menentang Turki.
“Lawrence adalah seorang mata-mata Inggris yang menyamar sebagai orang Arab,” kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi di sebuah universitas di Istanbul.
“Kini ada Lawrence – Larence baru, menyamar sebagai wartawan, pria yang religius, penulis dan bahkan teroris,” tambahnya.
“Ini adalah tugas kita untuk menjelaskan kepada dunia bahwa ada Lawrences modern yang menipu dengan organisasi teror,” tambahnya, tanpa menentukan nama organisasi.
Tidak jelas apakah pernyataan Erdogan memiliki target khusus, tapi itu ditujukan pada kekuatan-kekuatan luar yang akan melemahkan Turki dan menggoyahkan Timur Tengah.
Di tempat lain dalam sambutannya, ia menyerang kelompok militan Kurdi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) serta mantan sekutunya yang berbalik menjadi musuh politiknya , Fethullah Gulen.
“Mereka membuat perjanjian Sykes-Picot bersembunyi di balik kebebasan pers, perang kemerdekaan atau jihad,” katanya, mengacu pada kesepakatan antara Inggris dan Prancis yang membagi Kekaisaran Ottoman ke dalam beberapa negara.
Lawrence, yang meninggal dalam kecelakaan sepeda motor pada tahun 1935, adalah agen penghubung antara pasukan Inggris dan pemimpin Arab selama Revolusi Arab melawan kekuasaan Ottoman.
Statusnya sebagai tokoh sejarah modern didokumentasikan oleh film pada tahun 1962 yang dibintangi oleh Peter O’Toole .
Komentar Erdogan mengenai Lawrence datang setelah Turki berusaha menjaga stabilitas kawasan negaranya di tengah kemajuan mujahidin IS yang saat ini berjuang menguasai kota Suriah- Kobane di perbatasan.
“Setiap konflik di wilayah ini telah dirancang sejak seabad yang lalu” ketika perbatasan Timur Tengah digambar ulang setelah Perang Dunia I, “kata Erdogan.
“Ini adalah tugas kita untuk menghentikan ini,” katanya. (Arby/Dz)