Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mempertanyakan mengapa Olimpiade tidak pernah diselenggarakan oleh sebuah negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, katanya saat berbicara kepada wartawan di London.
“Tidak ada negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade,” kata Erdogan di London setelah menonton tim bola basket wanita Turki mengalahkan Angola 72-50 dalam pertandingan pertama Olimpiade.
“Orang akan bertanya ‘Mengapa? Apa yang hilang di negara-negara ini? tanyanya, didampingi istrinya Emine Erdogan dan putrinya Sümeyye Erdogan di London, di mana ia berusaha melobi untuk mempromosikan Istanbul agar menjadi tuan rumah Olimpiade 2020. Erdogan bertemu dengan kepala Komite Olimpiade Internasional (IOC) Jacques Rogge pada 27 Juli sebelum menghadiri upacara pembukaan.
“Itu adalah pertemuan yang baik, keputusan akan dibuat Rogge dan ketua Olimpiade berikutnya akan mengikuti olahan dari kota tuan rumah,” kata perdana menteri.
Istanbul, Tokyo dan Madrid semuanya terpilih untuk menjadi kandidat tuan rumah Olimpiade 2020 oleh IOC bulan lalu. Tuan rumah Olimpiade 2020 dan Paralimpiade akan diumumkan 7 September 2013.
Turki juga menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah kejuaraan sepakbola Eropa 2020, namun baik IOC dan UEFA telah menyatakan dengan jelas bahwa negara Turki tidak bisa menjadi tuan rumah kedua peristiwa besar tersebut di tahun yang sama.
“Istanbul adalah kota di mana Eropa dan Asia bertemu, sebuah persimpangan peradaban yang berbeda,” kata Erdogan.
“Semua negara Eropa menderita kesulitan ekonomi, tetapi Turki adalah di tempat yang berbeda. Kami tidak memiliki kelemahan ekonomi untuk menjadi tuan rumah Olimpiade. ”
Perdana menteri juga mencatat bahwa saingan Istanbul untuk Olimpiade 2020 telah menyelenggarakan acara tersebut. “Ini adalah ketiga kalinya untuk London, Madrid sudah dua kali,” ujarnya.(fq/hurriyet)