Terlepas dari kritik Erdogan, Turki dan Israel menikmati hubungan diplomatik penuh, meskipun kedua negara tidak memiliki dutabesar karena ketegangan atas Palestina.
Sementara Ankara dan UEA telah memiliki hubungan yang sangat agresif sejak kudeta yang gagal pada 2016, ketika para pejabat Turki mulai mempertanyakan secara terbuka apakah putra mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed, ada hubungannya dengan konspirasi tersebut.
Mei lalu dalam sebuah pernyataan terbuka, kementerian luar negeri Turki menuduh Emirat mendukung kelompok militan Somalia al-Shabab yang terkenal kejam, serta ambisi separatis Dewan Transisi Selatan di Yaman.
Kedua negara telah terkunci dalam konflik regional yang pahit yang baru-baru ini meningkat di Libya, di mana mereka mendukung pihak-pihak yang berlawanan.
Turki mencurigai bahwa pesawat milik UEA bulan lalu digunakan untuk menargetkan sistem pertahanan udara Turki di pangkalan udara al-Watiya di Libya barat yang disita oleh Pemerintah Kesepakatan Nasional yang didukung oleh Turki dan diakui PBB awal tahun ini.
Bulan lalu, dalam wawancara dengan Al Jazeera, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menuduh UEA melakukan tindakan jahat di Libya dan Suriah. Ia juga berjanji bahwa Ankara akan meminta pertanggungjawabannya di tempat dan waktu yang tepat.
“UEA mendukung organisasi teroris yang memusuhi Turki dengan maksud merugikan kami. UEA harus mempertimbangkan ukurannya yang kecil dan sejauh mana pengaruhnya dan jangan menyebarkan hasutan dan korupsi,” kata Akar. (Rmol)