Erdogan : Islamophobia Kejahatan Kemanusiaan

Perdana Menteri Turki, Recep Tayyib Erdogan, menyatakan, Selasa, bahwa Islamophobia adalah kejahatan kemanusiaan. “ Setiap kebijakan, yang dilandasi atas kejahatan kemanusiaan, atau kebencian, adalah salah dan akan mengakibatkan destruktif”, ujar Erdogan, di depan peserta Konferensi ke 7 Dewan Islam Eurasia, di Istambul.

Di era Partai AKP, dan di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Erdogan, Turki menjadi katalisator, berbagai pergerakan Islam di seluruh dunia, dan pertemuan serta konferensi terus berlangsung, di setiap saat. Nampaknya, Turki sekarang ini, benar-benar menjadi ‘episentrum’ (pusat) bagi pergerakan Islam, baik di Timur dan Barat, yang menginginkan kerjasama, konsolidasi, dan pengembangan. Konferensi itu, berlangsung dan diikuti berbagai ilmuwan, ulama, tokoh politik, dan tokoh pergerakan Islam. Turki, yang sekarang ini dibawah Partai AKP, benar-benar memberikan ruang yang lebar, bagi tumbuhnya pemikiran Islam, yang sangat diharapkan bagi masa depan.

Perdana Menteri Erdogan, menyatakan, bahwa problem negara, yang sekarang di hadapi dikawasan Eurasia, tidak dapat diselesaikan hanya orang per-orang, masyarakat atau negara, karena problem sekarang ini bersifat menyeluruh dan sistemik, dan harus dihadapi bersama-sama, tambah Erdogan.

Pemimpin Partai AKP, Erdogan, yang pernah menjadi walikota Istambul, mencontohkan, sekarang banyaknya muncul penghinaan, yang dilakukan berbagai seniman, pengarang, dan ilmuwan, yang melakukan penghujatan terhadap Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, misalnya dalam bentuk karikatur, yang muncul di beberapa negara Eropa. Tahun 2006, Koran di Denmark, yang memuat pelecehan terhadap Rasulullah, itu merupakan kejahatan kemanusiaan, tegas Erdogan.

Lebih lanjut, pemimpin negeri Turki itu, menyampaikan keyakinannya, bahwa kecurigaan dan permusuhan akan semakin berkurang, khususnya diantara umat beragama, jika mereka saling memahami atas posisi masing-masing agama, lanjut Erdogan.

Konferensi yang dihadiri utusan 42 negara itu, diharapkan akan menciptakan sebuah trase baru, khususnya bagi membangun peradaban dunia. Para tokoh, pemikir, ilmuwan, dan berkumpul selama tiga hari di Istambul, guna merumuskan langkah-langkah yang konkrit bagi masa depan umat manusia, yang sekarang sedang terjebak dalam krisis.

Erdogan, tidak menginginkan kembali terjebak dalam kesalahan, yang menyebabkan percikan api konflik, yang akan membakar kehidupan. Dan, ia mengingatkan jangan sampai kebebasan berekpresi itu, menyebabkan pertentangan, karena tidak jelasnya batasan kebebasan, ujarnya.

Perlahan-lahan Turki, mengarah menjadi sebuah perubahan besar bagi kehidupan dunia, yang menuju terbentuknya sebuah sistem baru, yang lebih adil bagi kemanusiaan. (m/wb).