Hilarion meyakini, rencana perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid memiliki latar belakang politik. Dia menyebut, tindakan pemerintah Turki merupakan tindak pelanggaran terhadap kebebasan beragama.
“Kita hidup di dunia multipolar, kita hidup di dunia multi-pengakuan, dan kita perlu menghormati perasaan orang percaya. Kami percaya bahwa dalam kondisi saat ini tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap kebebasan beragama yang tidak dapat diterima,” ujar Hilarion, dilansir Aljazirah.
Patriark Ekumenis Bartholomew yang berbasis di Istanbul dan pemimpin spiritual sekitar 300 juta orang Kristen Ortodoks di seluruh dunia mengatakan, mengubah Hagia Sophia menjadi masjid akan mengecewakan umat Kristen. Perubahan tersebut juga akan memecah Timur dan Barat.
Hagia Sophia awalnya dibangun sebagai katedral Bizantium pada tahun 537, diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman di Istanbul pada 29 Mei 1453. Kemudian Hagia Sophia menjadi museum pada 1935 di bawah kepresidenan Mustafa Kemal Ataturk.(rol)