Erdogan Dukung Muslim-Azerbaijan Lanjutkan Perang Hingga Bebaskan Nagorno-Karabakh

Dalam serangkaian tweet, Pashinyan juga menuduh Ankara kembali ke Kaukasus Selatan untuk melanjutkan Genosida terhadap Armenia.

“Armenia dan orang Armenia di Kaukasus Selatan dianggap menjadi penghalang  dalam perjalanan ekspansi Turki yang berkelanjutan menuju Utara, Timur Laut, dan Timur, dan realisasi impian imperialistiknya.”

Dalam wawancara baru-baru ini dengan Le Figaro, Pashinyan mengatakan Yerevan memiliki bukti bahwa militer Turki mengendalikan operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Karena itu Pashinyan menyarankan agar Ankara dikeluarkan dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) karena hanya akan menciptakan situasi yang  ‘agresif dan bias’ dalam konflik Nagorno-Karabakh.

Namun, Erdogan mengatakan bahwa OSCE Minsk Group yang bertugas  merundingkan solusi untuk konflik Nagorno-Karabakh tidak memiliki hak untuk menyerukan gencatan senjata. Sebaliknya, OSCE harus menuntut agar Armenia mengakhiri ‘pendudukannya’ di wilayah yang seharusnya menjadi milik Azerbaijan.

Konfrontasi militer yang intens antara Yerevan dan Baku pecah pada 27 September. Kedua belah pihak bentrok atas wilayah yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni oleh etnis Armenia yang mencari kemerdekaan dari Baku dengan dukungan dari Yerevan.

Konflik telah membeku selama beberapa dekade sejak awal 1990-an. Meskipun terjadi beberapa gejolak besar yang terjadi pada 2014, 2016, dan pada Juli tahun ini, peningkatan saat ini yang ditandai dengan korban di kedua sisi adalah yang paling serius sejauh ini. (Rmol)