“Jika kita adalah bangsa yang menghancurkan simbol-simbol kepercayaan lain, Biara Sumela yang kita kuasai selama lima abad terakhir tentu akan hilang selamanya,” kata Erdogan.
Pada 24 Juli Masjid Hagia Sophia menyelenggarakan Sholat Jumat, menandai ibadah umat Islam untuk pertama kali setelah jeda 86 tahun pada situs tersebut.
“Pada 15 Agustus, warga Ortodoks bisa melakukan pelayanan keagamaan [Litani Santa Perawan Maria], yang ditangguhkan selama periode renovasi di bagian dalam dan luar Biara Sumela,” ujar Presiden Erdogan.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Mehmet Nuri Ersoy, Gubernur Trabzon İsmail Ustaoglu dan pihak-pihak berwenang lainnya turut menghadiri upacara tersebut.
Biara Sumela dimasukkan ke dalam Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO sejak 2000.
Biara Sumela ditutup bagi pengunjung selama sekitar 5 tahun karena proyek restorasi untuk memindahkan batu-batu berbahaya di lereng, jaring kawat baja juga telah dipasang di daerah yang ditentukan oleh para ahli.
Restorasi di bagian dalam bangunan telah selesai, dan jalan untuk menghubungkan para pengunjung menuju tempat transportasi sudah dibuat.
Umat Kristen Ortodoks pada 15 Agustus 2010 pertama kali mengadakan upacara keagamaan di Biara Sumela yang bersejarah setelah jeda 88 tahun.
Umat Kristen Turki menyambut gembira kembali dibukanya tempat ibadah mereka setelah diperbaiki selama lima tahun.
Ada ribuan gereja dan tempat ibadah lainnya yang mendapat perlakuan sama dari Pemerintah Turki.
Turki dan Erdogan mendapat kritik tajam terkait perubahan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid.
Gereja dan Sinagog di Turki Jumlahnya Banyak
Erdogan menyebut jumlah gereja dan sinagoge di Turki sekitar dua kali lipat dari jumlah masjid di negara Eropa mana pun. Pernyataan itu menjadi bentuk keterbukaan dan sifat inklusif Erdogan pada agama lain.
“Pemerintah Turkilah yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum, lalu kami mentransformasinya kembali menjadi masjid,” kata Erdogan dilansir dari Middle East Monitor, Kamis (16/7).
Erdogan menyadari kritik keras dunia barat atas keputusan konversi Hagia Sophia. Menurutnya, kritik itu tak pantas ditujukan padanya karena tetap menghargai agama lain.
“Tempat ibadah non-Muslim di Turki sekitar empat-lima kali lebih banyak dari jumlah Masjid di negara Eropa. Ada satu tempat ibadah untuk 460 non-Muslim di Turki, ini jauh dibandingkan satu masjid per 2.000 Muslim di Eropa,” ujar Erdogan.
Di sisi lain, Erdogan berkomitmen mempertahankan status Hagia Sophia sebagai situs warisan dunia meski telah dikonversi menjadi masjid. Ia merasa pembukaan Hagia Sophia untuk jamaah Muslim tak mengganggu status situs warisan dunia. (rol)