Erdogan Akan Mengunjungi Mesir dan Gaza

Perdana Menteri Turki, Recep Tayyib Erdogan akan mengunjungi Mesir di tengah-tengah ketegangan Israel-Turki. Selain, melakukan kunjungan ke Mesir, Erdogan juga diagendakan berkunjung ke Gaza. Tetapi, rencana kunjungan ke Gaza itu, masih harus mendapatkan persetujuan dari Mesir.

Jika berlangsung kunjungan ke Gaza dan Rafah, maka Erdogan menjadi pemimpin dunia pertama yang mengunjungi Gaza. Gaza sampai sekarang masih terus menghadapi blokade Israel, sejak tahun 2006, oleh rezim Israel.

Perdana Turki Erdogan menegaskan komitmetnya untuk membebaskan blokade terhadap rakyat Palestina. Menurut informasi yang bersumber dari pemerintah di Ankara, tujuan Erdogan ke Cairo, termasuk membahas langkah-langkah pengurangan blokade yang dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza, yang sudah berlangsung lebih dari 5 tahun.

Para pejabat Turki telah mengumumkan kunjungan Erdogan ke Mesir direncanakan pada 12 September. Namun, rencana kunjunannya ke Gaza masih harus dikonsultasikan kepada para penjabat Mesir.

Erdogan diperkirakan akan menandatangani perjanjian kerjasama militer dengan para pejabat Mesir serta perjanjian lain mengenai hubungan bilateral di bidang ekonomi selama kunjungannya ke Mesir. Ia dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Mesir, Essam Sharaf, dan kepala Dewan Tinggi Militer Mesir, Marsekal Mohamed Hussein Tantawi, untuk membahas kerja sama militer.

Sementara itu, Nabil Shaath, utusan khusus Presiden Palestina Mahmoud Abbas, di Ankara pada hari Senin untuk pembicaraan dengan para pejabat Turki.

Laporan kunjungannya ke Gaza muncul di bulan Juli, ketika Erdogan menjawab pertanyaan wartawan tentang rencana kunjungannya ke Mesir, dan mengatakan ia keinginan untuk melakukan kunjungan ke Gaza. "Jika kondisi memungkinkan, saya berpikir untuk mengunjungi Gaza," kata Erdogan kepada wartawan di bulan Juli lalu.

Turki berusaha melakukan pencabutan blokade terhadap Gaza yang dilakukan oleh Israel. Bahkan Turki pada Jumat bahwa akan mengambil langkah ke pengadilan internasional untuk mencabut blokade yang dinalai pelanggaran hak asasi manusia. (mh/tm)