Eramuslim.com – Presiden Tayyip Erdogan dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) meluncurkan manifesto menjelang pemilu Juni mendatang. Dalam manifestonya, Erdogan bertekad menjadi negaranya menjadi kekuatan dunia dan 100 persen persenjataan Ankara akan dibuat sendiri.
Pemilu Turki akan digelar 24 Juni 2018. Militer menjadi isu yang diusung AKP, termasuk kenekatan Ankara untuk meluncurkan kembali operasi militer di wilayah Suriah dengan target milisi Kurdi.
“Turki akan meluncurkan operasi baru pada periode baru, seperti “Operation Euphrates Shield” dan “Operation Olive Branch”, untuk membersihkan perbatasannya dari teroris,” kata Presiden Erdogan pada hari Minggu saat menjelaskan manifesto AKP, partai berkuasa Turki saat ini.
Dalam manifesto tersebut, prioritas Turki untuk lima tahun ke depan akan fokus pada produksi militer, kebijakan luar negeri yang independen dan keamanan perbatasan.
“Turki menjadi kekuatan penting di dunia. Turki akan menjadi kekuatan global, kekuatan terkemuka,” kata Erdogan. AKP bertekad menjadikan Turki masuk jajaran 10 negara teratas dunia pada tahun 2023.
Ankara ingin mengembangkan senjata buatan lokal setelah sekutu NATO-nya terus menghalangi pasokan senjata dan menolak berbagi teknologi dengan Ankara.
“Tujuan Turki adalah untuk memiliki 100 persen sistem pertahanan darat, udara, dan laut buatan sendiri,” kata Erdogan.
“Kami akan terus memproduksi senjata kami sendiri untuk menjadi kekuatan global. Kami akan meningkatkan (aset) industri pertahanan kami, seperti tank ALTAY kami, helikopter ATAK, drone, drone bersenjata,” papar Erdogan yang disambut ribuan loyalis AKP di Istanbul.
“Prinsip-prinsip dasar kebijakan luar negeri kami akan terus menjadi independen, (mementingkan) kepentingan nasional, keamanan nasional dan berpendirian pada hati nurani,” imbuh dia yang dilansir Russia Today, Senin (7/5/2018).
Turki selama ini berurusan dengan kelompok milisi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dinyatakan Ankara sebagai kelompok teroris. Kelompok yang menjadi sekutu Amerika Serikat dalam memerangi ISIS di Suriah tersebut, jadi target militer Ankara di Afrin sejak Januari lalu.
Selain masalah Kurdi, Ankara juga sedang bersitegang dengan AS, sekutunya di NATO. Ketegangan dimulai usai upaya kudeta yang gagal tahun 2016, di mana Erdogan menuduh Fethullah Gulen—ulama Turki yang tinggal di AS—sebagai salah satu dalang upaya kudeta. Washington menolak mengekstradisi Gulen ke Ankara meski telah diminta Erdogan beberapa kali.
Ketegangan dengan AS juga dipicu kedekatan Ankara dengan Rusia. Washington kesal dan mengancam menjatuhkan sanksi pada Ankara setelah memutuskan membeli sistem rudal pertahanan S-400 dari Moskow. [sindonews]