Enaknya Jadi Agen FBI Irak

Penilik Departemen Kehakiman AS, Glenn Fine mengungkap perilaku agen-agen FBI di Irak yang dengan enaknya "makan gaji buta" yang dibayarkan dari uang pembayaran pajak rakyat AS.

Fine mengatakan, para agen FBI di Irak menerima insentif jutaan dolar yang dimasukkan ke dalam biaya "lembur" mereka padahal dalam beberapa kasus, kerja para agen itu hanya nonton film ke bioskop dan menghadiri pesta-pesta cocktail.

Menurut Fine, pihak FBI yang menyuruh para agen itu memasukkan "kerja lembur" mereka ke dalam daftar waktu kerja dan itu merupakan pelanggaran terhadap status pembayaran gaji, aturan dan kebijakan FBI. Masih kata Fine, dalam kurun waktu tahun 2003-2007 terdapat 1.150 agen FBI yang ditugaskan ke zona perang Irak. Mereka ditempatkan di Irak selama tiga bulan dan setiap harinya menurut catatan, mereka bekerja 16 jam selama hari kerja, ditambah bayaran tambahan jika bekerja pada hari Minggu.

Departemen yang dipimpin Fine belum menghitung berapa jumlah pasti uang yang dibayarkan untuk biaya "lembur" para agen tersebut, tapi dari laporan yang ada dipekirakan jumlahnya mencapai 6,4 juta dollar. Laporan itu menyatakan akar kesalahan itu ada pada kebijakan FBI yang membolehkan agen-agennya mengklaim uang dan waktu kerja tambahan. Namun seorang juru bicara FBI mengatakan, kebijakan itu untuk menarik minat para agen FBI agar mau ditugaskan ke zona perang, tapi sekarang kebijakan itu sudah tidak diberlakukan lagi.

Sejumlah agen FBI mengatakan, pesta-pesta cocktail yang mereka hadiri adalah bagian dari pekerjaan. Seorang agen FBI mengatakan, "Ketika Anda dalam lingkungan itu, apa yang Anda lakukan untuk bertahan hidup adalah sebuah kerja untuk FBI."

Asisten Direktur FBI John Miller mengakui bahwa manajemen kantor-kantor pusat FBI sudah menerapkan sistem semacam itu sejak lama. Para manajer FBI, kata Miller, sudah mengadopsi praktek-praktek sistem penggajian yang normal bagi para agen FBI yang ditugaskan pada saat perang, karena para personel FBI bertugas dibawah ancaman serangan penembak jitu, serangan mortir dan bom-bom yang dipasang di jalan.

Deputi Asisten Direktur FBI, T. J. Harrington membela diri, bahwa sistem pembayaran "lembur" dibenarkan dengan alasan agen FBI seringkali diminta bertugas secara mendadak lewat telepon, kadang kehilangan hari-hari liburnya untuk bersantai atau sekedar berolah raga. (ln/prtv)