Serangkaian aksi berdarah dan aksi kejahatan biadab yang dilakukan Zionis Israel terhadap rakyat Palestina akhirnya memaksa empat sayap militer faksi-faksi perlawanan Palestina mengumumkan berakhirnya “masa tenang” gencatan senjata dengan penjajah Zionis Israel yang dideklarasikan faksi-faksi perlawanan Palestina di Kairo, Mesir, pada 8 Februari 2005 lalu.
Menurut laporan Aljazeera, empat sayap militer dari faksi-faksi perlawanan Palestina menyatakan mereka sudah tidak memiliki komitmen lagi dengan kesepakatan “masa tenang” dengan penjajah Zionis Israel yang telah dideklarasikan faksi-faksi perlawanan Palestina tahun lalu.
Keempat sayap militer tersebut adalah Brigade Martir al-Aqsha (sayap militer gerakan Fatah), Brigade Izzuddin al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas), Brigade Abu Ali Mustafa (sayap militer Front Rakyat) dan Brigade Martir al-Quds (sayap militer gerakan Jihad Islam). Dalam konferensi pers di Ramallah, Jum’at (23/6), keempat sayap militer ini menyatakan “menghentikan gencatan senjata dengan pihak penjajah Israel.”
Dalam pernyataan yang dibacakan Ramzi Ubaid, Komandan Umum Brigade al-Aqsha, keempat sayap militer Palestina ini berjanji akan melakukan serangan balasan di manapun orang-orang Israel berada di wilayah Palestina. “Kami akan sampai ke tempat kalian, di manapun kalian berada. Kejahatan kalian yang terus berulang-ulang, dan itu disaksikan oleh dunia, serta aksi-aksi penodaan yang kalian lakukan terhadap tempat-tempat suci di Palestina tidak akan lewat begitu saja,” ungkap Ubaid dalam pernyataannya.
Keempat sayap militer ini juga menegaskan kedamaian tidak akan terjadi bila Israel tidak menghentikan aksi kejahatan dan pembantaian yang terus mereka lakukan terhadap rakyat Palestina. “Kami tidak akan berdamai dengan kalian dan tidak akan menjabat tangan kalian apabila kalian tidak menghentikan pembantaian dan kejahatan terhadap anak bangsa kami ini. Tak seorangpaun bisa menghentikan kami,”demikian bunyi pernyataan tersebut.
Olmert Serukan Serang Gaza
Pernyataan keempat sayap militer Palestina tersebut terjadi beberapa jam setelah seruan PM Israel Ehud Olmert pada militer Israel untuk kembali melakukan serangan dan menduduki wilayah Jalur Gaza yang ditinggalkan pada 12 September 2005 lalu setelah mendapat tekanan kuat dari serangan perlawanan Palestina. Dalam sebuah pertemuan di Cesarea, Israel Selatan, Jum’at (23/6) Olmert mengatakan, “Kami akan terus melakukan serangan” ke Jalur Gaza untuk menghabisi pejuang perlawanan yang ia sebut sebagai “teroris”, padahal yang menjadi korban adalah rakyat sipil yang tidak berdosa.
Olmert menambahkan, pemerintahnya akan terus memburu setiap pelaku penyerangan terhadap warga Israel atau setiap kelompok yang senantiasa melakukan penembakan roket ke wilayah Israel. Bukan itu saja, Olmert berjanji pihaknya akan menangkapi setiap orang yang mengajak untuk melakukan serangan “bunu diri”. “Perang terhadap teroris akan terus berlangsung tanpa ragu-ragu dengan serangan yang lebih dahsyat lagi,” ancamnya.
Bila serangan ke wilayah Jalur Gaza selama ini dilakukan dari jarak jaun di perbatasan, atau melalui udara dan laut, Olmert berjanji akan mengerahkan militernya untuk langsung menyerbu dan menduduki wilayah Jalur Gaza.
Serangan Perdana
Ancaman Olmert ini bukan isapan jempol semata. Sabtu (24/6), serangan perdana dilakukan pasukan militer Zionis Israel di wilayah selatan Jalur Gaza. Sumber-sumber Palestina menyebutkan, operasi militer besar-besaran kembali di gelar pasukan penjajah Zionis Israel di Jalur Gaza, Sabtu pagi. Sumber Palestina menyebut aksi militer Israel ini sebagai operasi terbesar di wilayah selatan Jalur Gaza, sejak pasukan Israel menarik diri September 2005 lalu.
Sumber-sumber keamanan Palestina mengatakan, pasukan Zionis Israel Sabtu pagi menyerbu sebuah rumah keluarga Palestina dan menangkap dua orang pemuda. Keduanya dianiaya dan disiksa di depan orang tuanya. Pihak militer Israel mengklaim keduanya adalah aktivis gerakan Hamas.
Juru bicara gerakan Hamas Sami Abu Zuhri mengakui adanya operasi militer Israel di wilayah selatan Jalur Gaza tersebut. Dia menyebut itu sebagai kejahatan Israel. Dia menegaskan, “Penjajah Israel masih mencengkeram Jalur Gaza dan hal ini menuntut masyarakat internasional untuk segera bergerak menghentikan kejahatan ini dan keluar dari sikap diam membisu yang aneh.” (was/aljzr-pic)