Empat organisasi Muslim terbesar di Inggris berhasil mencapai konsensus untuk membuat semacam panduan guna mengatur dan mengkordinir masjid-masjid yang ada di negara-negara Eropa beserta aktivitasnya.
Dr. Daud Abdullah, Deputi Sekretaris Jenderal Musilm Council of Britain (MCB) mengatakan, panduan baru ini akan membantu dalam memberikan standar, mendorong aktivitas-aktivitas positif dan membantu peningkatan kualitas para imam dan da’i.
"Panduan ini akan memberikan gambaran yang baik tentang Islam dan umat Islam, bahwa mereka mampu mengelola aktivitas mereka dengan cara yang profesional, " tukasnya.
Panduan itu disusun oleh empat organisasi Muslim terbesar di Inggris; Mosques and Imams National Advisory Body (MINAB)-yang didirikan MCB, British Muslim Forum (BMF), Muslim Association of Britain (MAB) dan Al-Khoei Foundation.Panduan itu dibuat antara lain untuk memastikan bahwa setiap kegiatan dan ceramah dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar berkualitas dan berpengalaman.
Ketua Eksekutif BMF Zareen Roohi Ahmed mengatakan, untuk pertama kalinya empat orgnisasi Muslim terbesar di Inggris bekerjasama untuk kepentingan umat Islam. Menurutnya, ini adalah langkah positif dan menunjukkan adanya persatuan di kalangan umat Islam di Inggris. "Kita ke sampingkan perbedaan, " ujarnya.
Ketua MCB Abdullah mengatakan, panduan itu akan segera disosialisasikan pada masyarakat. MINAB juga sedang berusaha untuk mendapatkan kesepakatan dari masjid-masjid, para imam, Islamic Center dan lembaga-lembaga pendidikan Muslim.
"Saya harap masyarakat melihat manfaatnya, yakin akan kegunaan dan keuntungannya dan setuju pada panduan ini, " kata Abdullah. Ia mengakui, pasti akan menghadapi banyak pertanyaan dari masjid-masjid yang jumlahnya sekitar 1. 500 masjid di Inggris.
"Masih ada masjid yang tidak mengizinkan kaum perempuan menggunakan fasilitas masjid, " ujar Abdullah.
Ketua BMF, Ahmed menambahkan, umat Islam di Inggris sudah tidak sabar untuk memiliki sebuah panduan untuk mereka.
Pada kesempatan yang sama, keempat pemimpin organisasi Muslim di Inggris juga mengungkapkan bantahan atas hasil studi yang dilakukan oleh lembaga think-tank kelompok kiri yang menuding masjid-masjid sebagai tempat lahirnya para ekstrimis.
"Ini merupakan bagian dari serangan-serangan terhadap institusi-institusi Islam di Inggris, untuk membuat institusi itu lemah dan merasa tidak aman, " tukas Dr. Abdullah.
Ia menegaskan, sebagai negara yang bebas dan demokratis, setiap warga negara punya hak untuk menyatakan pendapatnya. "Anda bisa pergi ke toko-toko buku di London dan Anda bisa menemui literatur-literatur tentang ekstrimis yang ditulis oleh kelompok sayap kiri, " imbuhnya. (ln/iol)