Mantan jenderal militer ini telah dituduh secara historis menggunakan pemerkosaan sebagai strategi. Pada tahun 1991, Sinha saat itu mengumpulkan penduduk desa Sikh di sebuah daerah, menyerukan “penciptaan ras baru untuk Punjab” ketika militer India menghancurkan gerakan Sikh di Punjab.
Para warganet India yang marah mengecam seruan mantan jenderal itu dan mengkhawatirkan masa depan negara mereka.
Beberapa orang menunjukkan bahwa Sinha hanya mempublikasikan realitas yang sudah ada di lapangan dan bahwa dia bukan yang pertama atau satu-satunya yang mengadvokasi taktik semacam itu.
Kashmir yang diduduki India telah berada di bawah jam malam militer sejak 5 Agustus 2019, ketika Perdana Menteri India Narendra Modi mencabut status otonomi wilayah itu dan menangkap ribuan orang.
Menurut laporan Human Rights Watch 1996, India menggunakan pemerkosaan sebagai “taktik kontra-pemberontakan” di Kashmir yang diduduki India untuk meneror penduduk. Awal tahun ini, seorang pemimpin Partai Bharatiya Janata dicopot dari posisinya setelah dia menyerukan orang-orang Hindu untuk memerkosa wanita Muslim di gang-gang secara terbuka di jalanan.
Seruan jahat Sinha langsung ditegur oleh sesama panelis yang menuntut permintaan maaf. Namun, sang pensiunan jenderal berpegang pada pendapatnya dan bahkan mendapat dukungan beberapa anggota audiensi.
Seruan itu memicu kecaman marah dari beberapa veteran India. Menurut laporan Russia Today, Selasa (19/11/2019), pensiunan Letnan Jenderal Vinod Bhatia, yang menjabat sebagai direktur jenderal operasi militer, mencap Sinha sebagai orang yang membuat pernyataan menjengkelkan untuk ketenaran sesaat. Syed Ata Hasnain, juga pensiunan letnan jenderal, menyebutnya sebagai “rudal longgar”.
Angkatan Darat India menjauhkan diri dari seruan Sinha dengan mengatakan bahwa seorang perwira pensiunan tidak terikat oleh kode etik militer. Sinha sendiri tidak bisa dimintai komentar sejak seruannya memicu kemarahan.