Lantas saya menyadari, bahwa saya sempat prejudice tentang jilbab. Entah bagaimana, saya sebelumnya mengasosiasikan jilbab dengan hal-hal yang terlalu bersifat agama. Saya akui, bahwa jilbab adalah simbol dari sikap beragama individu. Bagi saya ini menjadi fakta yang membebaskan saya untuk bisa memahami bahwa jilbab tidak memutuskan Anda dari kehidupan normal. Anda (wanita Muslim) dapat melakukan apapun dengan menggunakan jilbab.
Saya rasa, kami, masyarakat Barat, selama ini seperti memiliki tendensi untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada elemen radikal dari agama Islam. Ini adalah pemikiran yang bias ketika Anda mengkonsumsi informasi dari media (yang juga bias). Jadi dengan melihat wanita Muslim mengenakan jilbab dan melakukan aktivitas pada saat Car Free Day, saya menyadari bahwa saya selama ini memiliki pemahaman yang bias mengenai Islam.
Saya sampaikan hal ini kepada keluarga saya. Ibu saya dan anak dari adik saya ada di Jakarta. Saya ajak mereka berdua untuk datang ke kawasan Car Free Day. Mereka juga kagum.
Kita tahu bahwa di negara Eropa seperti Denmark dan Prancis ada semacam trend menggambarkan hal-hal yang dapat dianggap merendahkan elemen agama. Apakah di Finlandia juga ada hal seperti itu?
Saya melawan trend ini. Ada kelompok-kelompok yang ingin mendapatkan publisitas dari pemikiran-pemikiran lain. Mereka tahu betapa penting sebuah simbol bagi masyarakat Muslim. Dengan menyinggung (poking) hal-hal ini, mereka tahu kemungkinan besar ini akan membuat publisitas. Lalu mereka dapat menggunakan publisitas ini untuk kepentingan mereka.
Untuk kasus seperti yang dialami Charlie Hebdo, idenya adalah untuk menggarisbawahi bahwa apapun bisa dilakukan dalam konteks kemerdekaan berbicara (freedom of speech).