Dua tahanan Palestina Jaafar Ezzedine dan Tarek Qa’adan Rabu kemarin menghentikan aksi mogok makan selama 93-hari setelah jaksa berjanji untuk tidak memperpanjang penahanan administratif mereka, Lembaga Tahanan Palestina (PPS) mengatakan.
Perintah penahanan mereka akan berakhir pada 21 Mei, namun mereka akan pertimbangkan aksi mogok lainnya tergantung dari hasil sidang 6 Maret.
“Tahanan Jaafar Ezzeddine dan Tarek Qa’adan telah memutuskan untuk menangguhkan aksi mogok makan mereka hingga 6 Maret, saat pengadilan militer Ofer menggelar sidang terkait penahanan administratif mereka.” PPS menyampaikan.
“Hasil akhir untuk menghentikan atau memperbarui aksi (mogok makan) ini akan mengacu pada hasil pengadilan pada hari tersebut,” tambah PPS.
Dua tahanan lainnya, Samer Issawi dan Ayman Sharawneh, tetap melanjutkan aksi mogok makannya.
Di RS Assaf Harofeh, di mana para tahanan dirawat, seorang hakim militer mengatakan bahwa ia akan mengungkap dakwaan rahasia dan bukti bagi para tahanan, serta memberikan hasil akhir pada persidangan berikutnya. Kantor Berita Ma’an mengutip perkataan pengacara Jawad Bulous.
Qa’adan dan Ezzedine telah menerima penahanan administratif atas dakwaan dan bukti rahasia yang bahkan pengacara tidak diizinkan untuk memeriksanya.
Sementara itu, pihak penjara pada hari Rabu memindahkan tahanan Samer Issawi dari penjara Ramleh ke sebuah rumah sakit setelah 221 jari melakukan aksi mogok makan, Weizman menyampaikan.
Ia mengatakan bahwa Issawi dibawa ke pusat kesehatan Kaplan di Rahavot, namun ia sampaikan bahwa kondisinya stabil, pemindahannya tidak berhubungan dengan gangguan kesehatan yang serius.
Pihak Israel hari ini mulai mendiskusikan solusi untuk masalah ini, namun sejauh ini belum memberikan tawaran yang pantas,” Issa Qaraqe menyampaikan kepada para reporter di Ramallah, menambahkan bahwa Issawi dan Ayman Sharawneh telah menolak sebuah tawaran untuk dibebaskan atau dideportasi.
Terlepas dari penahanannya di bulan Desember, Sharawneh memulai aksi mogok makannya dari bulan Juli.
Issawi dan Sharawneh ditahan setelah menerima amnesti pada perjanjian pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, Oktober 2011 lalu.
(DS/al-akhbar)