Para penumpang The Sun Air-maskapai penerbangan Sudan-yang berjumlah sekitar 100 orang sebelumnya terjebak di dalam pesawat selama lebih dari 12 jam setelah pesawat yang mereka tumpangi dibajak oleh sekelompok orang yang mengaku dari Tentara Pembebasan Sudan.
Para pembajak akhirnya membebaskan semua penumpang yang berjumlah sekitar 95 orang, namun tetap menyandera tujuh kru pesawat.
"Kami memastikan bahwa semua penumpang sudah dibebaskan, kecuali kru pesawat dan dua orang pembajak yang masih berada dalam pesawat. Kami sedang bernegosiasi dengan mereka, " kata seorang pejabat Libya.
The Sun Air sedang dalam perjalanan dari Nyala, Darfur menuju Khartum, Sudan, Selasa (26/8) sore waktu setempat, ketika sekelompok orang yang membawa pisau mengancam pilot pesawat tersebut, agar megarahkan pesawat ke Paris. Karena kehabisan bahan bakar, awalnya pesawat ini akan mendarat darurat di Kairo, namun ditolak oleh otoritas bandara Mesir. Akhirnya, pesawat naas ini mendarat di bandara militer Kufra, sebelah tenggara Libya setelah mendapat izin dari otoritas pemerintah Libya.
Direktur bandara militer Libya Khalid Saseya mengatakan, para pembajak meminta bahan bakar pesawat dan menolak untuk berbicara langsung dengan para pejabat Libya. Mengutip penjelasan pilot The Sun Air, Saseya mengatakan bahwa para pembajaknya mengklaim dalam telah berkordinasi dengan pimpinannya, Abdel Wahid Muhammad Nur-tokoh pimpinan Tentara Pembebasan Sudan yang sedang dalam pengasingan di Paris-dalam melakukan aksinya.
"Dari keterangan pilot pesawat, para pembajaknya berjumlah sekitar 10 orang atau lebih… dan mengatakan bahwa mereka adalah anggota dari kelompok Tentara Pembebasan Sudah pimpinan Abdel Wahid Muhammad Nur. Pada pilot pesawat, para pembajak itu mengaku telah berkordinasi dengan Nur dan akan bergabung dengan Nur di Paris, " papar Saseya.
Kantor Berita Libya melaporkan, para pembajak menolak tawaran otoritas Libya yang ingin memberikan makanan untuk para penumpang dan menolak permintaan penumpang yang meminta bantuan medis karena merasa lemas akibat AC dalam pesawat mati.
Sementara itu, dalam keterangan persnya di Paris, Abdel Wahid Nur membantah terlibat dalam drama pembajakan The Sun Air yang sudah berlangsung selama 12 jam lebih itu. "Kami membantah, bahwa gerakan kami bertanggung jawab atas operasi pembajakan pesawat tersebut. Kami tidak mendukung tindakan yang membahayakan warga sipil Sudan, " tukas Nur. (ln/aljz/al-arby/bbc)