Umarov yang menyebut dirinya sebagai "Amir Emirat Kaukasus" menyatakan bertanggung jawab dalam rekaman video yang diposting di situs www.kavkazcenter.com, Rabu (31/3). Dalam rekaman tersebut, Umarov mengatakan bahwa dia sendiri yang memerintahkan serangan tersebut untuk membalas kematian warga sipil oleh aparat keamanan Rusia.
"Saya berjanji pada kalian, perang akan tiba di jalan-jalan dan kalian akan merasakannya dalam kehidupan dan pada kulit kalian," kata Umarov.
Pernyataan Umarov dikuatkan oleh perwakilan "Emirat Kaukasus", Shamsuddin Botokayov. Pada Al-Jazeera ia mengatakan bahwa Amir (pimpinan) mereka sudah mengakui operasi itu dan serangn itu dilakukan untuk oleh tentara-tentara Rusia yang membunuh warga sipil tak berdosa.
"Rusia melakukan operasi yang sama di Checnya, rakyat Rusia hanya menyaksikan operasi itu di televisi dan tidak melakukan apapun. Tapi kami melihatnya sebagai sebuah realitas. Itulah sebabnya kami ingin mengobarkan perang di jalan-jalan dan di rumah-rumah di Rusia agar rakyat Rusia bisa merasakan apa yang rakyat kami alami," kata Botokayov.
"Pimpinan kami mengatakan, ia ingin rakyat Rusia membuka mata dan mengatakan pada Putin bahwa pemerintahannya harus meninggalkan Kaukasus. Pimpinan kami juga mengatakan serangan itu bukan serangan terakhir, serangan selanjutnya akan jauh lebih besar," ancam Botokayov.
Laporan Al-Jazeera mengatakan, Umarov adalah sosok yang paling dicari oleh pemerintah Rusia. Pada bulan Februari, Umarov mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di sebuah kereta yang sedang melaju dari Moskow menuju St Petersburg. Serangan itu terjadi pada bulan November. Umarov ketika itu mengancam bahwa "perang akan tiba di kota-kota Rusia" dan mereka "akan memperluas operasi militer ke wilayah Rusia."
Umarov juga diyakini bertanggung jawab atas perisitiwa pengepungan sebuah sekolah di Beslan pada tahun 2004 dan sejumlah serangan lainnya di wilayah Rusia.
Wilayah Kaukasus Utara menjadi zona perang bagi Checnya dan Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.Sejak itu aksi-aksi kekerasan kerap terjadi mulai dari wilayah Checnya sampai ke wilayah tetangganya, Dagestan dan Ingushetia.
Sehari setelah serangan di Moskow, juga terjadi serangan bom serupa di Dagestan yang menewaskan 12 orang. Dua insiden tersebut menyebabkan otoritas Ingushetia memperketat pengamanan. (ln/aljz)