Dokter-Dokter Irak Bersedia 'Pulang Kampung'

Ratusan dokter Irak yang selama ini meninggalkan negerinya akibat memuncaknya aksi-aksi kekerasan dan pertumpahan darah, mulai kembali ke Irak setelah pemerintah menjanjikan gaji dan pengaman yang lebih baik baik buat mereka. Meski demikian, masih ada rasa khawatir di kalangan dokter-dokter itu karena tidak yakin pemerintah Irak bisa memberikan jaminan keamanan buat mereka.

Dokter Saeed Abdullah adalah salah satu dokter yang merespon janji pemerintah Irak, dan sudah sejak tiga minggu yang lalu kembali pulang ke Irak. "Waktu itu saya meninggalkan Irak, karena sudah tidak mungkin lagi untuk hidup di sini dan di manapun kami berada, sering menjadi target. Tapi sekarang banyak yang sudah berubah, " ujar Abdullah.

Sejak invansi AS ke Irak tahun 2003, sekitar 3.000 tenaga dokter di Irak mengungsi ke luar negeri atau ke negara tetangga. Bahkan sekitar 50 persen mahasiswa kedokteran juga memilih meninggalkan Irak, beigitu lulus dari sekolah kedokteran.

Menurut pejabat kementerian kesehatan Irak Hadi Muhammad, 500 lebih dokter sudah kembali ke Irak sejak pemerintah Irak menyerukan agar para dokter Irak-baik yang mengungsi ke luar negeri maupun negara tetangga- kembali ke Irak dan berjanji akan menaikkan gaji serta keamanan bagi mereka.

Dokter Abdullah yang meninggalkan Irak sejak tahun 2005 dan pindah ke Yordania mengatakan, ia sebenarnya rindu untuk pulang ke tanah airnya, tapi tidak ada tanda-tanda yang menjanjikan yang bisa dijadikan alasan baginya kembali pulang ke Irak. Sekarang setelah kembali Irak, Abdullah menyatakan bahwa sekarang ini tinggal menunggu janji pemerintah.

Dokter ahli kandungan Salwa Ibrahim, yang meninggalkan Baghdad tahun 2006, juga memilih kembali ke Irak sebulan yang lalu, meski keluarganya tidak setuju. "Saya tetap mengemasi barang-barang saya dan kembali ke Irak untuk membantu kolega-kolega saya memberikan layanan kesehatan bagi ribuan rakyat Irak yang menderita karena kurangnya tenaga dokter dan obat-obatan, " kata Salwa.

Salwa kembali ke Irak seorang diri tanpa membawa anak-anaknya, karena masih mengkhawatirkan resiko keamanan di Irak. "Saya seorang janda dan saya menitipkan anak-anak pada orang tua saya di Amman sampai saya yakin 100 persen keamanan di sini sudah membaik, " ujarnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak dokter di Irak yang diculik atau keluarga mereka yang diculik oleh kelompok-kelompok yang menuntut uang tebusan. Sejak invansi, sedikitnya 184 dokter terbunuh dalam berbagai peristiwa kekerasan di Irak.

Sebagian dokter Irak masih ragu-ragu untuk kembali ke tanah air mereka karena tidak yakin dengan janji pemerintah Irak. "Saya ingin kembali, tapi saya tidak bisa meninggalkan Suriah sampai saya yakin bahwa saya aman di sana, " kata dokter ahli urologi Salman Mahmud.

Salman bisa jadi masih trauma, karena anak lelakinya diculik sebelum ia memutuskan meninggalkan Irak. Oleh sebab itu Salman mengatakan, ia tidak punya rencana untuk memenuhi seruan pemerintah Irak dan menempatkan keluarganya dalam resiko.

"Kehidupan di Irak sangat berat dan pekerjaan saya tidak dihargai. Lagipula saya tidak bisa mengambil resiko lagi, terutama setelah anak laki-laki saya diculik, " kata Salman.

Ia melanjutkan, "Kemungkinan saya bersedia menginjakkan kaki lagi di Irak jika pemerintah harus menaikkan gaji saya paling tidak 1.000 persen dan memberikan jaminan seorang pengawal untuk saya." (ln/iol)