Seorang pegawai PBB, seorang warga negara Inggris, seorang warga negara Irlandia dan seorang diplomat Uni Eropa akhirnya meninggalkan Afghanistan, karena dicurigai melakukan pertemuan rahasia dengan para pemimpin Taliban.
Juru bicara PBB Aleem Siddique menolak memberitahukan nama pegawainya yang diusir dari Aghanistan dan tidak mau memberitahukan ke manan pegawai PBB itu pergi. Saat ini, kata Siddique, pihaknya sedang bernegosiasi dengan otoritas berwenang di Afghanistan agar pegawainya bisa kembali bekerja di Aghanistan.
Pemerintah Afghanistan hari Selasa (25/12) memberi batas waktu 48 jam bagi orang-orang tersebut untuk meninggalkan Aghanistan, karena mereka dianggap membahayakan keamanan pemerintah Afghanistan. Sejumlah sumber rahasia mengatakan bahwa orang-orang asing itu telah melakukan kontak dengan Taliban.
PBB tetap mengatakan bahwa masalah ini cuma kesalahpahaman, ketika sejumlah diplomat melakukan kunjungan ke selatan kota Musa Qala yang sudah 10 bulan ini di bawah kontrol Taliban. Menurut PBB, kunjungan para diplomat itu sudah dikordinasikan dengan pemerintah Afghanistan.
Pertemuan Rahasia Intelejen Inggris dan Taliban
Sementara itu, di Inggris juga menghangat berita seputar pertemuan rahasia antara intelejen Inggris dengan pihak Taliban, meski PM Inggris Golden Brown sudah membantah informasi itu.
Berita itu mencuat setelah surat kabar Daily Telegraph edisi Rabu (26/12), memuat kutipan dari seorang sumber intelejen Inggris yang mengatakan, "Sejumlah agen SIS (Secret Intellegence Service) diketahui melakukan pembicaraan langsung dengan Taliban untuk berdamai. "
Menurut sumber itu, agen-agen intelejen senior Inggris sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan sejumlah anggota senior Taliban di beberapa rumah tempat peristirahatan musim panas, di pinggiran kota Lashkah Gad dan di desa-desa di perbukitan Geresh, sebelah timur laut kota Helmand.
Pasukan infanteri Inggris ikut terlibat dalam pertemuan-pertemuan itu sebagai penjaga keamanan, untuk memberi kesan bahwa pemerintah Aghanistan sedang melakukan negosiasi dengan Taliban.
Juru bicara departemen luar negeri Inggris di London menolak berkomentar atas informasi yang mencuat, setelah dua minggu sebelumnya PM Brown mengesampingkan kemungkinan Inggris berdialog langsung dengan Taliban.
"Saya perjelas, bahwa kami tidak akan melakukan negosiasi apapun dengan orang-orang ini (Taliban), " kata Brown di depan anggota dewan awal bulan Desember kemarin.
Laporan Daily Telegraph mengatakan, pertemuan antara intelejen Inggris dan Taliban memicu kemarahan pihak AS. (ln/iol/presstv)