Mahkamah Agung Israel menolak permintaan orangtua Gilad Shalit-prajurit Israel yang sudah dua tahun ini menjadi tawanan Hamas-agar pemerintah Israel tidak melonggarkan blokade terhadap wilayah Jalur Ghaza. Menurut orangtua Shalit, blokade seharusnya tetap diberlakukan sampai puteranya dibebaskan oleh para pejuang Hamas.
Mahkamah Agung Israel menyatakan memahami gugatan orangtua Shalit, tapi pengadilan tidak bisa melakukan intervensi dalam masalah-masalah politik.
Dalam kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Hamas yang dimediasi Mesir, Israel memang diharuskan untuk secara bertahap melonggarkan blokadenya terhadap wilayah Jalur Ghaza. Di hari kelima gencatan senjata, Israel sudah mengizinkan truk-truk pembawa bantuan kemanusiaan masuk Ghaza. Namun Israel masih menutup perbatasan-perbatasan dan menghentikan pasokan bahan bakar ke Ghaza.
Keluarga Shalit memprotes kesepakatan itu, karena tidak menyinggung syarat pembebasan atas puteranya yang ditawan pejuang Hamas sejak tanggal 25 Juni 2006 lalu. Pihak Hamas menolak memasukkan masalah pembebasan Shalit. Menurut Hamas, pembebasan Shalit adalah persoalan yang terpisah di mana Hamas mensyaratkan pembebasan Shalit dengan pembebasan warga Palestina lainnya yang berada di penjara-penjara Israel.
Persoalan ini, diharapkan akan menjadi salah satu agenda pembicaraan lanjutan antara Hamas dan Israel lewat mediasi Mesir yang rencananya akan digelar hari Selasa (24/6). (ln/aljz)