Tapi setelah menanyakan kepada kakek-neneknya, Muhlise mengatakan ibunya sedang berada di rumah neneknya yang lain, tetapi dia “tidak bisa sering-sering bertemu dengannya”. Anak berusia 10 tahun itu mengatakan dia terakhir kali melihat ibunya sekitar satu atau dua bulan yang lalu. Dia mengatakan dia tidak bersama adiknya tetapi sering bertemu.
CNN telah menanyakan kepada pihak berwenang China terkait keberadaan Muherrem, tetapi belum menerima balasan. CNN juga mencoba mengunjungi rumah orang tua Muherrem di Kashgar, tetapi tim tidak dapat menemukan siapa pun di sana – pintunya dikunci dari luar.
Ketika Muhlise ditanya apakah dia ingin bertemu kembali dengan ayahnya, dia mengatakan, “Kami tidak bisa pergi. Paspor kami disita.”
Saat ditanya apakah dia merindukan ayahnya, dia memjawab sedih, “Ibuku tidak ada di sini, dan ayahku juga tidak ada di sini. Aku ingin bertemu kembali dengan mereka.” Mendengar jawaban itu, neneknya langsung menangis.
Mamutjan meyakini pemerintah China memisahkan orang tua dari anak-anak mereka sebagai cara untuk mengintimidasi dan mengendalikan kelompok minoritas Xinjiang.
“Ini pada dasarnya adalah hukuman kolektif untuk etnis dan agama mereka serta nilai-nilai budaya mereka yang unik,” jelasnya.
“Kami tidak pantas menerima semua penderitaan yang luar biasa ini.” [merdeka]