Pada Desember 2015, Mamutjan mengatakan, istrinya kembali ke Xinjiang dengan dua anak mereka. Istrinya kehilangan paspor dan kedutaan besar China di Malaysia menolak menerbitkan paspor baru untuknya kecuali dia kembali ke Kashgar.
Paspornya diperbarui pada 2016, tetapi istrinya tak bisa langsung kembali ke Malaysia karena masalah keuangan. Kemudian, sekitar awal 2017, dokumen perjalanan istrinya dan anaknya disita pihak berwenang. Beberapa bulan kemudian, dia mengatakan istrinya menghilang.
“Saya tetap berhubungan dengan istri saya sebelum 15 April 2017. Kami mengobrol setiap hari, melakukan panggilan video dengan anak-anak. Dan pada pertengahan April 2017, dia segera menghilang dari (aplikasi perpesanan China) WeChat,” tuturnya.
“Saya menelepon ke rumah keesokan harinya dan ibu saya mengabarkan dia pergi untuk waktu yang singkat, untuk kursus singkat. Dan saya menyadari bahwa dia ditahan.”
Mamutjan mengatakan dia belum berbicara dengan istrinya sejak saat itu. Awalnya dia khawatir anak-anaknya akan dikirim ke panti asuhan yang dikelola negara, tetapi kemudian menerima video di media sosial yang menunjukkan mereka masih tinggal terpisah dengan kakek nenek mereka dari kedua belah pihak.
Khawatir akan keselamatannya, Mamutjan meninggalkan Malaysia dan pindah ke Australia. Tidak ada kabar dari keluarganya selama bertahun-tahun. Menurut laporan yang bocor yang dilihat CNN, warga Uighur di Xinjiang bisa ditangkap hanya karena pelanggaran kecil, termasuk menghubungi kerabat di luar negeri dan merupakan hal yang umum bagi keluarga yang masih di Xinjiang untuk memutus komunikasi.
Kemudian pada Mei 2019, Mamutjan melihat video anaknya di media sosial, yang saat itu berusia 4 tahun, dengan semangat berteriak, “Ibuku sudah lulus!”
Pemerintah China bersikeras kamp-kamp interniran adalah “pusat pelatihan kejuruan” dan para tahanan adalah “pelajar”, dan Mamutjan menganggap sorak-sorai putranya sebagai isyarat istrinya telah dibebaskan.
Mamutjan mengatakan dia menelepon orang tuanya, berharap video itu adalah pertanda situasi keluarga telah membaik, tetapi ketika ibunya menjawab, dia memberi tahu ada pejabat Partai Komunis China di rumah dan menutup telepon.
Dengan izin Mamutjan, wartawan CNN mengunjungi rumah orang tuanya di Kashgar tanpa pemberitahuan untuk melihat apakah mereka dapat membantu menemukan anak-anaknya – dan mencari tahu apa yang terjadi dengan istrinya.
Putrinya Muhlise membukakan pintu dengan kemeja pink cerah dan celana hitam. Saat diperlihatkan foto Mamutjan, dia berkata: “Ini Ayahku.” Dia mengatakan dia tahu di mana ayahnya berada tetapi sepertinya tidak mau membicarakan di mana ibunya.