Sejumlah organisasi hak asasi manusia di Afghanistan menemukan sebuah lokasi yang diduga menjadi tempat kuburan massal. Mereka meminta agar lokasi itu diamankan, karena bisa dijadikan bukti adanya kejahatan perang yang dilakukan pasukan asing di Afghanistan.
Lokasi tersebut terletak di Dasht-e-Leili, utara Afghanistan. Letaknya di dekat lokasi kuburan serupa yang ditemukan oleh sebuah organisasi hak asasi manusia pada tahun 2002. Organisasi itu melakukan otopsi terhadap sejumlah jenazah yang ditemukan. Kemudian pada bulan Juli 2008, kembali ditemukan dua lubang besar sedalam tiga meter di dekat lokasi yang sama, yang diduga sudah digali untuk menghilangkan bukti-bukti.
Dasht-e-Leili dicurigai menjadi tempat kuburan massal 2.000 tahanan yang menyerahkan diri pada Pasukan Khusus AS pada bulan November 2001 di kota Kunduz, Afghanistan setelah tumbangnya Taliban. Dari laporan-laporan yang pernah ada menyebutkan bahwa pasukan AS dan sejumlah kelompok di Afghanistan yang bersekutu dengan AS, telah memenjarakan para tawanan di dalam sebuah kontainer. Tawanan-tawanan itu kemudian dibunuh dan dikuburkan secara massal dalam satu lubang.
Pekan lalu, McClatchy Newspapers memuat laporan tentang penemuan tiga lubang yang baru digali pada bulan November di lokasi tersebut. PBB membenarkan laporan itu dan hari Senin kemarin, PBB meminta bantuan dari otoritas Afghanistan untuk mengamankan lokasi kuburan massal itu karena PBB tidak punya pasukan khusus di Afghanistan
Tapi, Direktur lembaga swadaya masyarakat Physicians for Human Rights yang berbasis di AS, Susannah Sirkin meminta AS dan sekutunya, NATO untuk segera mengamankan lokai kuburan dan menempatkan pasukannya di lokasi tersebut selama 24 jam.
Sirkin berkomentar, AS tidak bertanggung jawab secara menyeluruh untuk melindungi para tahanan yang ditangkap dan dipenjarakan oleh sekutu-sekutu AS. "Kami tidak tahu apakah pasukan AS ada di lokasi kejadian atau melihat ketika para tahanan itu mati. Tapi kami tahu bahwa pasukan AS hadir saat serah terima tahanan," ujar Sirkin.
Organisasi-organisasi HAM di Afghanistan mendesak pemerintah AS agar membuka analisa gambar-gambar lokasi yang mereka temukan, yang diambil dari satelit sejak bulan November 2001 sampa sekarang. Mereka juga meminta agar gambar-gambar itu diperlihatkan ke pemerintah Afghanistan, PBB dan Kongres AS.
AS menginvasi Afghanistan dan menumbangkan pemerintahan Taliban di negeri itu pada tahun 2001, dengan alasan ‘perang melawan teror’. AS sedikitnya mengerahkan 70.000 pasukannya ke Afghanistan diluar pasukan dari negara-negara NATO. Belakangan pasukan koalisi AS mengakui bahwa mereka tidak akan mungkin memenangkan peperangan di Afghanistan. (ln/prtv)