Ditawari Dialog, Olmert Malah Ancam “Perang Panjang”

PM Palestina Ismail Haniyah, mengajukan tawaran berunding dengan Israel untuk mencari solusi krisis penawanan seorang serdadu Zionis Israel. Ia juga meminta pada para pejuang Palestina untuk tidak membunuh serdadu Zionis tersebut.

Tawaran Haniyah ini disampaikan setelah upaya sejumlah petinggi Mesir gagal menjembatani dialog pejuang Palestina dengan Israel lantaran Israel menolak bargaining apapun terkait masalah tawanan.

Kepada para pejabat pemerintahannya, Haniyah mengatakan, “Pemerintah Palestina menegaskan pentingnya melanjutkan upaya politik dan diplomatik, serta perundingan, dengan masih tetap membuka tawaran terkait Kopral Ghilad Shalit.” Ia menambahkan bahwa pemerintah Palestina hingga kini masih terus berupaya agar Kopral Shalit tetap hidup dan diperlakukan dengan baik oleh para pejuang yang menawannya.

Haniyah menyampaikan hal ini setelah tiga unit pejuang Palestina yang mengaku menawan Shalit, yakni Al-Qassam, Front Perlawanan Rakyat dan Jaisy Islami, menarik diri dari upaya perundingan yang diprakarsai oleh sejumlah petinggi Mesir, terkait masalah tawanan Israel. Osama Al-Muzaini, salah satu pimpinan Hamas mengatakan kepada Reuters, “Sayap militer telah menarik para utusan mereka dari dialog dengan saudara-saudara di Mesir yang menjadi penengah.”

Penarikan para utusan pejuang itu, dikarenakan Israel sama sekali tidak mendengarkan permintaan mereka soal pertukaran tawanan serdadu, dengan pembebasan tawanan anak-anak dan kaum wanita di penjara Israel. Pejuang Palestina memberi tenggat waktu hingga pagi hari Selasa (4/7) kepada Israel untuk menyatakan tanggapannya. “Selama Israel tidak melaksanakan tuntutan itu, maka penjajah Israel lah yang akan bertanggung jawab sepenuhnya tentang dampak apapun yang terjadi,” ujar perwakilan pejuang Palestina.

Perang Panjang

Israel memang benar-benar berkepala batu. Tawaran dialog yang diajukan pemerintah Palestina ditampik mentah-mentah. PM Israel Ehud Olmert malah mengancam Hamas dengan ungkapan, “Langit akan jatuh ke atas mereka, jika mereka melukai serdadu kami yang ditawan.”

Olmert juga menyatakan, perang di Jalur Gaza akan menjadi ‘perang yang panjang’ jika serdadunya tidak juga dibebaskan. "Ini akan menjadi perang yang panjang. Perang ini membutuhkan kesabaran dan terkadang sikap menahan diri yang tak ada batasnya. Kita harus tahu kapan kita menahan diri dan kapan kita bertindak tegas," ujar Olmertseperti dikutip Reuters, Selasa (4/7).



Sementara itu surat kabar Israel Maariv melaporkan bahwa Olmert memberikan lampu hijau bagi militernya untuk melakukan serangan yang lebih dalam ke Gaza.

Dalam beberapa serangan, militer Israel berhasil menghancurkan sejumlah fasilitas penting di Gaza seperti pusat pembangkit listrik, pipa-pipa air, sekolah-sekolah, universitas, lapangan sepakbola, pemakaman dan kantor perdana menteri Palestina. Tank-tank dan buldoser Israel juga merusak kebin-kebun zaitun yang menjadi sumber pendapatan utama para petani Palestina.

Sejak kasus penculikan seorang serdadunya, Israel mengerahkan sekitar 5.000 pasukan dan puluhan tank ke perbatasan Gaza. Pengerahan pasukan ini merupakan yang terbesar sejak Israel menarik diri dari Gaza pada September 2005.Israel bersumpah akan menjatuhkan pemerintahan Hamas dan tidak pandang bulu dalam melakukan serangan, demi membebaskan seorang serdadunya, Gilad Shalit.

Agresi Israel ke Gaza menuai kecaman dari sejumlah negara. Swiss menilai Israel sudah melanggar Konvensi Jenewa karena melakukan ‘hukuman kolektif’ terhadap rakyat Palestina, dengan merusak infrastruktur dan menangkapi pejabat pemerintahan, anggota parlemen dan sejumlah menteri dari Hamas.

Israel Kembali Serang Gaza



Pesawat-pesawat tempur Israel untuk kedua kalinya dalam satu minggu ini menyerang kantor kementerian dalam negeri Palestina, Rabu (4/7). Akibat serangan tersebut dua orang terluka dan sebuah gedung didekat kantor kementerian rusak berat.

Militer Israel membenarkan serangan tersebut dan menyatakan bahwa target serangan mereka adalah gedung utama kantor kementerian dalam negeri.

Sementara itu, para pejuang Palestina untuk pertama kalinya melakukan serangan balasan dengan menembakkan roketnya ke wilayah Israel. Serangan itu tidak menimbulkan korban jiwa, namun makin memicu aksi balas dendam Israel yang sudah mengerahkan pasukannya di perbatasan Gaza.

PM Israel menyebut serangan balasan pejuang Palestina ke kota Ashkelon sebagai ‘eskalasi’ yang penting. Serangan pejuang Palestina itu dilakukan beberapa jam setelah batas waktu yang diberikan untuk Israel agar membebaskan para tahanan Palestina habis dan tidak hiraukan Israel. (ln/na-iol/aljz)