Tiga komandan al-Qaidah dilaporkan menjadi korban dalam serangan misil yang dilakukan pasukan AS di Afghanistan ke sebuah madrasah di provinsi Waziristan Utara, Pakistan hari Senin (8/9). Dalam serangan misil itu, 25 orang lainnya tewas, terdiri dari anak-anak dan kaum perempuan.
Para korban tewas termasuk yang luka, dibawa ke Rumah Sakit Miran Shah, di ibukota Waziristan Utara. Di antara korban luka adalah ipar perempuan Jallaludin Haqqani, salah seorang pemimpin Taliban yang juga pendiri madrasah yang menjadi target serangan itu.
Tiga komandan al-Qaidah yang disebut-sebut tewas-salah satunya baru ditunjuk sebagai komandan-adalah Abu Hamza dan Abu Qasim yang diduga berkewarganegaraan Arab Saudi dan Abu Haris yang diduga asal Suriah.
Saksi mata di tempat kejadian dan agen-agen intelejen Pakistan mengungkapkan, mereka sudah melihat tanda-tanda bahwa madrasah Haqqani diserang. Padahal di madrasah itu terdapat anak-anak kecil yang sedang belajar agama. Haqqani lolos dari mau dan disebut-sebut sedang berada di Afghanistan ketika serangan terjadi.
Di negeri tetangga Pakistan itu, Haqqani termasuk tokoh yang cukup dikenal dan pernah menjadi menteri pertahanan Aghanista di masa-masa invasi AS ke negeri itu. Ia adalah seorang veteran perang Aghanistan ketika melawan invasi Rusia pada era tahun 1970-an dan era 1980-an.
Sejauh ini yang masih menjadi tanda tanya, bagaimana bisa tiga orang komandan berada di satu tempat dalam waktu yang sama dan mengapa militer AS tidak mengeluarkan pernyataan tentang serangan itu. Biasanya, jika merasa sukses membunuh para "pejuang muslim" yang disebutnya teroris, AS dengan cepat memberikan pernyataannya.
Pertanyaan-pertanyaan itu menimbulkan keraguan benarkan tiga komandan al-Qaidah menjadi korban dalam serangan tersebut. Berita tentang tewasnya orang-orang yang menjadi target serangan pasukan AS, diduga hanya untuk membenarkan serangan yang salah sasaran. Dan hal propaganda seperti ini, sudah sering dilakukan militer AS. (ln/aljz)