Kejaksaan federal Detroit membeberkan dakwaan terhadap Fauzi Mohamad Ayub, warga Dearborn yang oleh pemerintah AS didakwa memalsukan paspor negara AS agar bisa menyelinap masuk ke wilayah Israel dan melakukan serangan bom atas nama Hizbullah, kelompok pejuang di Lebanon yang oleh AS dimasukkan ke dalam daftar kelompok teroris.
Meski peristiwanya terjadi pada tahun 2000, namun berkas perkara Mohamad Ayub yang dalam paspor palsu menggunakan nama Frank Mariano Boschi, baru diserahkan pada kejaksaan federal pada tahun 2009 dan pihak kejaksaan baru mengungkapkan adanya dakwaan ini, dua hari setelah FBI memasukkan nama dan foto Mohamad Ayub ke dalam daftar teroris, bersama 31 nama lainnya.
Tidak jelas, mengapa baru sekarang FBI memasukkan nama Mohamad Ayub ke dalam daftar teroris padahal kasusnya terjadi pada tahun 2000. FBI maupun kejaksaan federal juga tidak mau menjelaskan apakah Mohamad Ayub ditangkap pada saat kejadian, dan berapa lama ia tinggal di Dearborn. Kedua lembaga AS itu memilih tutup mulut.
Sementara itu, pemerintah Israel mengklaim bahwa aparat keamanannya sudah menangkap Mohamad Ayub pada bulan Juni 2002, saat melakukan penyerbuan penyerbuan ke Hebron, Tepi Barat. Israel menuding Ayub sebagai pejuang senior kelompok Hizbullah di Lebanon, namun Ayub menolak semua tuduhan yang dikenakan padanya.
Masih menurut keterangan pemerintah Israel, Ayub lahir di Lebanon dan berimigrasi ke Kanada. Di Kanada-lah Ayub direkrut oleh kelompok Hizbullah yang ada di negara itu. Media massa Kanada, setelah berita penangkapan Ayub, menulis bahwa Ayub masuk ke Kanada pada tahun 1988 dan mendapatkan kewarganegaraan Kanada pada tahun 1990-an. Ayub dan keluarganya menetap di Toronto.
Pada tahun 2004, pemerintah Israel dan Hizbullah melakukan pertukaran tawanan. Israel membebaskan 435 tahanan-termasuk Ayub–untuk ditukar dengan jasad seorang pengusaha Israel dan tiga tentara Israel yang terbunuh pada bulan Oktober 2000, saat melakukan patroli di dekat perbatasan Israel-Lebanon.
Setelah dibebaskan, Ayub dikabarkan dijemput istri dan anak lelakinya di bandara Lebanon. Setelah itu, keberadaan Ayub tidak diketahui lagi hingga sekarang, saat kejaksaan federal AS dan FBI memasukkan nama dan fotonya ke dalam daftar teroris. (kw/DFP)