Taliban menjadi alasan utama perang yang dikobarkan negara-negara Barat di Aghanistan. Perang melawan Taliban mulai melebar ke negara tetangga Afghanistan, Pakistan yang dituding menjadi surga persembunyian para pejuang dan pendukung Taliban, sehingga Pakistan pun belakangan ini menjadi sasaran gempuran bom yang dimuntahkan pesawat-pesawat tanpa awak milik militer AS di Afganistan.
Hampir delapan tahun perang di Aghanistan, Taliban belum sepenuhnya bisa ditumbangkan. Bahkan sebaliknya, perlawanan mereka makin kuat dan membuat pasukan asing putus asa. Mayoritas rakyat Aghanistan juga bertanya-tanya, mengapa begitu sulit bagi pasukan asing yang jumlahnya mencapai ratusan ribu dan memiliki persenjataan lebih lengkap serta canggih, untuk mengalahkan kelompok Taliban yang dari sisi kekuatan serta peralatan sangat minim.
Tak heran jika muncul kecurigaan terhadap pasukan asing bahwa mereka telah sengaja memanfaatkan Taliban dan menyesatkan publik dengan isu-isu terkait Taliban. Kecurigaan itu menguat melihat sikap AS dan sekutunya Inggris yang memberikan dukungan pada pemerintah Pakistan dalam memberangus kelompok Taliban, tapi pada saat yang sama pemerintah Pakistan memberikan tempat "aman" bagi kelompok Taliban dari Afghanistan.
Quetta, salah satu kota di Pakistan menjadi sumber logistik bagi Taliban dan menjadi basis bagi pimpinan Taliban Afghanistan. Kelompok Taliban di Afghanistan mendapat pasokan, misalnya sepeda motor dan sim card telepon genggam yang diselundupkan dari Quetta.
Quetta menjadi wilayah yang krusial karena Taliban Afghanistan hampir menguasai seluruh wilayah pinggiran kota itu dan menerapkan hukum Islam di wilayah tersebut.
"Taliban Afghanistan dan Taliban Pakistan ibarat saudara kembar. Amerika seharusnya bisa memaksa Pakistan untuk menentukan apakah Taliban di negara itu teman atau musuh," kritik anggota parlemen Aghanistan, Dawood Sultanozy.
Situasinya bertolak belakang dengan posisi Pakistan dan AS sekarang ini. Di satu sisi sebagai musuh, di sisi lain sebagai sebuah aliansi. Pakistan menjadi sekutu AS dalam menumpas Taliban dan Pakistan menjadi musuh AS selama Pakistan terus melindungi Taliban dari Afghanistan.
Sulit bagi Pakistan untuk membantah kuatnya pengaruh Taliban di wilayah-wilayah tertentu negara itu. Meski minim persenjataan canggih, tidak bisa dibantah bahwa Taliban pernah berkuasa di Aghanistan. Saat masih berkuasa di Aghanistan, Taliban membuka kantor kedutaannya di sejumlah negara, termasuk di Islamabad, ibukota Pakistan. Setelah Taliban tumbang, dua negara lainnya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab masih mengakui pemerintahan Taliban. Dan setelah tragedi serangan 11 September 2001, cuma Pakistan yang mengakui pemerintahan Taliban.
Pendek kata, jangan meremehkan Taliban. Kelompok ini memiliki manajemen organisasi yang rapi, sumber daya manusianya memadai dan punya sumber-sumber intelijen yang baik. (ln/bbc)