Muslim Tatar Crimea kembali akan mengenang kembali ancaman penganiayaan dan penderitaan di bawah wewenang Rusia setelah para politisi Crimea yang pro – Moskow mengumumkan hasil pemungutan suara 96 – persen mendukung Crimea keluar dari kekuasaan Ukraina .
” Ini adalah tanah air saya. Ini adalah tanah nenek moyang saya . Tidak sepatutnya ada yang ingin menanyakan apakah saya ingin di bawah Rusia atau tidak ? ” ujar Shevkaye Assanova , Muslimah Tatar yang berusia 40 tahun , kepada Reuters pada hari Senin, 17 Maret.
” Selama sisa hidupku aku akan mengutuk mereka yang membawa orang-orang ini (Rusia) ke sini . Saya tidak menyadari kejadian ini sama sekali , ” tambah Assanova .
Pada Senin pagi , para pejabat pemilu di Crimea mengkonfirmasi hasil resmi referendum semenanjung .
Menurut ketua komisi referendum , Mikhail Malyshev , 96,8 persen kartu suara telah memilih ya untuk bergabung dengan Federasi Rusia .
Jumlah pemilih diperkirakan sebesar 83 persen , angka partisipasi yang dianggap tinggi mengingat bahwa komunitas Muslim telah berjanji untuk memboikot pemungutan suara .
Setelah hasil resmi , parlemen Krimea meminta untuk segera dikuasai oleh Moskow dan menyatakan lepas dari Ukraina.
” Hasil referendum di Crimea jelas menunjukkan bahwa penduduk Crimea ingin masa depan bersama dengan Rusia , ” umbar Sergei Neverov , wakil ketua parlemen Rusia seperti dikutip oleh kantor berita Interfax .
Hasilnya telah memicu kemarahan dari dunia internasional , Inggris menyebut referendum itu sebagai ” ejekan ” terhadap demokrasi .
Seorang juru bicara Downing Street dari Kantor Perdana Menteri David Cameron mengatakan Inggris tidak ” mengakui referendum Crimea atau hasilnya . ”
“Kami menyerukan kepada Rusia untuk memasuki dialog dengan Ukraina dan menyelesaikan krisis ini dalam hukum internasional , ” tambahnya .
Adapun AS , Presiden Barack Obama berbicara dengan Vladimir Putin , mengatakan bahwa AS dan sekutu Eropanya siap untuk memberi sanksi kepada Moskow karena melanggar wilayah Ukraina .
Jepang juga bersama negara-negara Barat menolak referendum dan meminta Rusia untuk tidak mencaplok Crimea .
Beberapa jam setelah pengumuman resmi hasil , Uni Eropa dan AS mengumumkan larangan perjalanan dan pembekuan aset terhadap sejumlah pejabat Rusia dan Ukraina .
Presiden AS Barack Obama mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa Washington siap untuk menjatuhkan sanksi lebih lanjut tergantung sikap Rusia berikutnya.
Jika Moskow terus melakukan campur tangan di Ukraina , ia memperingatkan , hal itu akan menyebabkan kami mengisolasi Rusia dan mengurangi perannya di dunia” .
Uni Eropa menerbitkan daftar sanksi terhadap 21 pejabat Rusia dan Ukraina setelah pertemuan para menteri luar negeri di Brussels .
Daftar ini menyebutkan nama Perdana Menteri Crimea , ketua parlemen Crimea dan tiga komandan militer senior Rusia dan beberapa pejabat senior di parlemen Rusia .
Muslim Tatar , yang telah menetap di Crimea selama berabad-abad , komunitas ini pernah dideportasi pada Mei 1944 oleh Stalin , dengan menuduh Muslim Tatar berkolaborasi dengan Nazi .
Seluruh penduduk Muslim Tatar , lebih dari 200.000 orang , diangkut dalam kondisi yang mengenaskan ribuan mil jauhnya ke Uzbekistan dan lokasi lainnya . Banyak yang gugur di sepanjang perjalanan atau di tempat pembuangan yang tak layak.
Soviet menyita hak milik dan rumah Muslim Tatar , menghancurkan masjid-masjid mereka dan mengubahnya menjadi gudang . Salah satu Masjid yang terbesar diubah menjadi Museum Atheis.
Di akhir tahun 1980-an , saat masa Presiden Gorbachev , sebagian besar Muslim Tatar diizinkan kembali pulang ke Crimea , migrasi besar setelah Ukraina menjadi merdeka dengan runtuhnya Soviet pada tahun 1991 .
Lebih dari 250.000 Muslim Tatar sekarang tinggal di Krimea , atau sekitar 13 persen dari penduduknya 2 juta orang .
Kembalinya Muslim Tatar telah menyebabkan berulang kali perselisihan dan bentrokan hukum atas ganti rugi tanah dan properti , karena banyak dari lahan Muslim sudah dikuasai sepihak oleh etnis Rusia .
(OI.Net/KH)