Para netters di Darul Baidha, ibukota Maroko mulai meninggalkan warnet. Para pemilik warnet pun mengeluh karena bisnis yang mereka kelola nyaris tak mampu lagi menutupi biaya operasional lantaran sepinya pengunjung. Ada apa?
Ini adalah salah satu efek aksi peledakan sebuah warnet di ibukota Maroko, Darul Baidha bulan lalu. Sejak saat itu, warnet-warnet di dalam kota, yang menjadi asal para pelaku peledakan pada 16 Mei 2003 dan 11 Maret 2007, mendapat pengawasan ketat oleh pemerintah melalui apa yang mereka sebut dengan ‘unit pengamanan’ warnet.
Beberapa hari kemarin, pemerintahan kota Darul Baidha menangkap tiga pemuda yang memasuki internet di Karyan milik Saidi Mumin. Tiga pemuda itu ditangkap lantaran mengakses situs-situs jihad di warnet tersebut. Menurut sejumlah sumber yang diperoleh Islamonline, pemerintahan kota memang tengah melakukan kampanye pengawasan massal ke sejumlah warnet, khususnya yang berlokasi dekat dengan asal para pelaku peledakan bom. Kebijakan ini untuk memantau dan mengantisipasi semua gerak gerik yang mencurigakan.
Sumber-sumber di pemerintahan Maroko juga menegaskan bahwa pemerintah kota juga memeriksa detil operasi yang dilakukan sejumlah warnet dan juga meminta pengelola untuk menghubungi pemerintah bila mereka melihat situasi yang dianggap mencurigakan.
Abdul Fatah Rayadi, meledakkan dirinya di dalam internet bulan Maret lalu, sedangkan temannya sempat melarikan diri sebelum akhirnya tertangkap. Mereka melakukan aksi peledakan, dipicu oleh larangan berselancar di situs-situs jihad terlarang, oleh pengelola warnet.
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa para pelaku serangan itu juga melakukan aksinya secara terorganisir dan menanti isyarat dari pihak lain yang mengarahkannya bergerak ke tempat yang mereka tuju.
Kondisi inilah yang membaw efek menurunnya pengunjung warnet di Darul Baidha. Khususnya warnet yang berada di perkampungan Karyanat yang menjadi asal pelaku serangan bom pada 11 Maret.
Para netters mengurangi aktifitas mereka yang terbiasa mengakses internet di waktu malam, karena banyaknya pemeriksaan keamanan yang dilakukan di dalam warnet, oleh petugas yang mengenakan pakaian sipil. (na-str/iol)