Menteri Luar Negeri Marty M. Natalegawa menerima kunjungan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton di Jakarta, Senin kemarin(3/9). Ini adalah kunjungan kedua Clinton ke Indonesia setelah kedatangan pertamanya pada Februari 2009 lalu.
Dalam pertemuan itu kedua menteri membicarakan kemitraan strategis RI-AS serta sejumlah isu lain yang menjadi perhatian bersama, seperti konflik Laut Cina Selatan. Clinton juga akan melakukan kunjungan kehormatan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dari Indonesia, Clinton akan bertolak ke Cina, Brunei Darussalam dan Timor Leste sebelum berakhir di Vladivostok, Rusia untuk mewakili Presiden AS Barack Obama dalam pertemuan tingkat tinggi para pemimpin ekonomi APEC.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dalam pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Legawa, menyinggung sejumlah hal seperti penyelesaian persoalan Laut Cina Selatan dan perlindungan kelompok minoritas di Indonesia.
Clinton dalam kesempatan kunjungannya kali ini juga menegaskan posisi AS terhadap Indonesia dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua.
Seusai pertemuan keduanya, Hillary dalam konprensi pers bersama yang dihadiri puluhan wartawan di Jakarta mengatakan sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia Indonesia perlu memperhatikan nilai-nilai hak asasi manusia dan perlindungan terhadap kelompok minoritas.
“Dunia melihat Indonesia sebagai negara demokrasi terdepan di kawasan ini dan juga negara demokrasi terbesar ketiga di dunia yang ikut mempromosikan demokrasi dan prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia,” kata Nyonya Clinton.
“Kita berdua sepakat bahwa tidak boleh ada diskriminasi terhadap kelompok minoritas atas dasar apapun baik atas dasar agama, sektarian atau etnisitas.”
“Seharusnya sebagai negara demokrasi perlu mempromosikan kebebasan dan toleransi kepada semua kelompok.”
Clinton memastikan AS akan berupaya mendorong kerja sama kedua negara untuk mewujudkan kehidupan demokrasi dan toleransi di Indonesia.
AS sebagai negara yang mengaku paling demokratis sedunia sering lupa bahwa di dalam negeri mereka sendiri kebebasan dan toleransi juga menjadi masalah. Kasus Islamofobia juga marak di negara adidaya tersebut. Dan yang paling menghebohkan adalah terbongkarnya dokumen yang menyebutkan materi pelatihan untuk perwira militer AS, justru menyebut Islam dan umat Islam merupakan musuh utama mereka.
Sebelumnya organisasi penggiat hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) meminta Clinton untuk membicarakan perlakuan terhadap kelompok agama minoritas dan tahanan politik dengan pemerintah Indonesia.
“Menteri Clinton harus menekan pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah kongkrit untuk membahas meningkatnya intoleransi beragama,” kata John Sifton, direktur advokasi Asia.
“Indonesia harus menyadari bahwa hukum dan kebijakan opresif terhadap minoritas beragama menyulut kekerasan dan diskriminasi.”
HRW menilai Indonesia gagal mengatasi meningkatnya kekerasan berupa penyerangan oleh kelompok-kelompok Islam garis keras di Jawa dan Sumatera terhadap minoritas, termasuk Ahmadiyah, Kristen dan Syiah.(fq/bbc)