“Bagi saya, berfoto dengan Presiden Erdogan tak memiliki maksud politik atau pemilu. Saya hanya sekadar menghormati pemerintah keluarga saya. Pekerjaan saya pesepak bola, bukan politisi. Pertemuan kami tidak mengesahkan kebijakan apa pun,” bunyi cuitan Oezil.
“Perlakuan dari DFB membuat saya tidak ingin lagi memakai kostum timnas Jerman. Saya merasa tidak dihargai. Semua yang saya lakukan sejak 2009 telah dilupakan. Dengan berat hati, saya memutuskan tidak akan lagi bermain untuk Jerman di tingkat internasional,” Oezil melanjutkan.
Oezil juga menunjuk Presiden DFB Richard Grindel sebagai biang keladi atas semua perlakuan rasisme yang diterimanya. Pemain Arsenal itu menilai seharusnya Grindel bisa menghargai dirinya yang merupakan warga Jerman berdarah Turki.
“Boleh dibilang masalah yang paling membuat saya frustrasi selama beberapa bulan terakhir adalah penganiayaan dari DFB, khususnya Grindel. Saya sudah menjelaskan kepadanya apa maksud dari foto tersebut. Namun dia tidak menghargai pendapat saya sedikit pun,” kata Oezil.
Bagi timnas Jerman, kehilangan Oezil merupakan tamparan yang sangat keras. Sebab pemain 29 tahun itu memiliki peran penting di lini kedua Der Panzer. Eks penggawa Real Madrid itu juga sukses membawa negaranya juara Piala Dunia 2014. Selama sembilan tahun mengabdi, Oezil sudah melakoni 92 penampilan dan mencetak 23 gol untuk Jerman. [inews]