Diisolasi Ketat, Mengapa Penduduk Ghaza Tetap Bertahan Hidup?

Obat-obatan dilarang ketat masuk ke wilayah Ghaza. Tapi beberapa waktu terakhir, sejumlah obat standar sudah muncul di sejumlah apotik di kota yang terisolir ketat oleh kekejaman Israel itu.

Bahan bakar dan bahan makan pokok juga tidak boleh datang memenuhi kebutuhan penduduk Ghaza. Tapi belakangan, bahan bakar dan sejumlah bahan makan pokok sudah mulai dijual di pasar-pasar Ghaza. Ada apa gerangan?

Penduduk Ghaza memang tak pernah tunduk pada keinginan Israel dan AS untuk menjungkalkan Hamas yang telah menjadi pilihan mereka. Karenanya, bagi penduduk Ghaza tak ada kata lain kecuali bertahan dan mencari solusi yang mungkin dilakukan untuk tetap bertahan hidup. Terlebih makin lama, Israel makin memperketat pasokan kebutuhan hidup mereka, di tengah sikap diam dunia internasional.

Dan inilah rahasianya, menurut Abu Khalid, sejumlah penduduk Ghaza kini aktif menggali lubang-lubang bawah tanah untuk mendapatkan haknya untuk hidup. Simak ungkapannya, “Permintaan solar, bensin, gas dalam berbagai bentuknya meningkat. Dan dalam beberapa waktu lalu kami membawa juga makanan dan obat-obatan ke Ghaza. Ada tempat rahasia dan persiapan yang baik dengan penuh kehati-hatian dan hubungan yang luas. Itulah yang paling utama kami lakukan untuk mengatasi kondisi ini. Kami mulai menggali lubang bawah tanah, yang kini menjadi aset yang paling berharga saat isolasi Israel. Kami berusaha membawa para pekerja penggali lubang bawah tanah berikut peralatannya dengan waktu yang sangat singkat agar tidak diketahui oleh Israel.”

Ya, ternyata lubang bawah tanahlah yang menjadi arus jalan yang menghubungkan penduduk Ghaza dengan dunia lain. Sebenarnya upaya penggalian lubang bawah tanah sudah dimulai sejak meletusnya intifadhah Al-Aqsha tahun 2000. Sejumlah keluarga memilih profesi yang menguntungkan itu untuk dipekerjakan oleh para pedagang, guna menggali lubang. Dan dana yang dibutuhkan untuk menggali lubang bawah tanah antara 3 ribu sampai 4 ribu dolar.

Lorong bawah tanah adalah jalan rahasia yang bisa menghubungkan Ghaza dan Mesir. Panjangnya bisa mencapai 700-an meter dan diameter lubang 2 meter. “Mungkin saja secara pendanaan apa yang saya lakukan ini tidak menghasilkan uang yang banyak, tapi ini sangat berbahaya sekali dan bisa saja lubang itu hancur kapan saja. Juga karena ada gas yang mematikan yang biasa disemprotkan sayap keamanan Mesir ketika mereka mendapatkan lubang itu, ” ujar Khalid.

Sementara Abu Ramiz, salah satu pekerja penggali lubang sejak lima tahun lalu mengatakan, “Saya kehilangan pekerjaan di Erez yang berada di bawah kekuasaan penjajah Israel. Karenanya, saya terpaksa melakukan pekerjaan berat dan berbahaya ini.”

Ia menjelaskan, langkah menggali lubang bisa memakan waktu antara 6 hingga 8 bulan. Dengan lama pengerjaan seperti itu, jelasnya, lubang yang digalinya bisa sampai ke kota Rafah Palestina yang berbatasan dengan kota Arish Mesir. Soal resiko kematian yang mengancamnya saat menggali lubang sudah disadari oleh Abu Ramiz. Ia juga menyampaikan ada sejumlah rekannya yang mati terkubur di dalam lubang karena lubang itu hancur. (na-str/iol)