Eramuslim.com – Di tengah keterbatasan alat medis, para tenaga kesehatan di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh harus berjuang mengatasi wabah difteri. Penyakit ini telah membunuh hampir dua lusin orang.
Reuters melaporkan Dokter Tanpa Batas (MSF) telah merawat sekitar 2.000 pasien hanya dalam dua pekan terakhir. Setiap harinya, mereka menerima sekitar 100 kasus baru.
Koordinator Medis Darurat MSF, Crystal van Leeuwen, mengatakan karena terbatasnya jumlah petugas medis terlatih, MSF hanya berhasil menyediakan antitoksin untuk 12 pasien setiap hari. Karena begitu banyak orang yang terkena difteri, jumlah itu tak lagi mencukupi.
“Ini seperti pedang bermata dua. Kita membutuhkan sumber daya manusia untuk mengelolanya dan kita memerlukan lebih banyak antitoksin pada saat bersamaan,” ujar dia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan difteri sebagai penyakit menular dan tersebar luas dengan potensi epidemi. Tingkat kematian pada kasus ini mencapai 10 persen. MSF menyebut difteri sebagai penyakit lama yang terlupakan di sebagian besar negara di dunia berkat peningkatan vaksinasi.