Dibawah Rejim Israel, Warga Arab Didzolimi Selama Puluhan Tahun

Jika warga Yahudi Israel merayakan 60 tahun berdirinya Israel dengan senyum dan kegembiraan. Warga Arab Israel memperingatinya dengan kepedihan dan penderitaan. 60 tahun berdirinya negara Yahudi Israel adalah refleksi dari diskriminasi dan ketidakadilan yang dialami warga Arab di bawah penjajahan rejim Zionis.

"Kami dilarang melarang menggarap tanah kami. Padahal ini adalah rumah saya, tempat saya dilahirkan, " ungkap Abdulhadi Mahameed, 69, seorang warga Arab seperti dikutip New York Times, edisi Rabu (7/5).

Sebidang tanah milik keluarga Mahameed, yang digunakan untuk berkebun dari generasi ke generasi, kini ditumbuhi semak belukar dan pohon-pohon pinus. Sejak berdirinya "negara" Israel tahun 1948, Mahameed tidak pernah bisa kembali ke tanah dan rumah milik keluarganya. Mahammeed yang kini tinggal di perkampungan padat Um el-Fahm bersama warga Arab lainnya, hanya bisa menatap dari kejauhan tanah-tanah mereka yang dirampas rejim Zionis ditanami atau dibangun rumah diatasnya oleh orang luar.

Mahameed dan 200 warga Arab lainnya sudah berusaha mendapatkan kembali tanah-tanah mereka lewat pengadilan, tapi kasus mereka ditolak dengan alasan di atas tanah-tanah mereka akan dibangun pemukiman.

Data statistik Biro Statistik Israel yang dirilis pada Selasa kemarin menyebutkan bahwa warga Arab yang ada di Israel jumlahnya sekitar 1, 5 juta jiwa atau 20 persen dari 7, 3 juta total populasi. Terkait persoalan tanah-tanah warga Arab yang dirampas rejim Israel, akademisi Israel Clinton Bailey mengatakan, "Jika Anda mau di sini, Anda harus punya tanah. Apa yang Anda serahkan pada warga Arab tidak boleh digunakan untuk orang-orang Yahudi yang mungkin masih banyak yang ingin datang ke sini."

Warga Arab Israel mengalami berbagai upaya dari rejim Zionis yang ingin menghapus identitas Arab di tanah Palestina yang kini dikuasai Israel. "Bagaimana bisa saya menjadi warga negara Yahudi? Saya bukan Yahudi, " keluh Eman Kassem-Slim, warga Arab yang bekerja sebagai wartawan radio, pada Times.

Bagi warga Arab, mengakui Israel sebagai negara Yahudi sama artinya mencerabut kemuliaan perjuangan rakyat Palestina untuk merebut kembali kemerdekaan mereka dan mendirikan negara Palestina. Selain itu, berdirinya negara Yahudi, tidak akan pernah memberikan ruang untuk warga Arab.

"Jika mereka menyebutnya sebagai negara Yahudi, mereka akan menolak kehadiran saya di sini, " tukas Sliman.

Rejim Israel memandang warga Arab sebagai "duri" bagi masa depan "negara" Israel. Meski secara legal warga Arab itu tercatat sebagai warga Israel, mereka tetap mengalami diskriminasi dalam semua aspek kehidupan. Sehingga tingkat kemiskinan warga Arab, dua kali lebih besar dibandingkan dengan warga Yahudi.

Dari hasil penelitian Israel Democracy Institute pada Juni 2007, tentang indeks demokrasi di Israel, hasilnya menunjukkan bahwa hanya setengah dari warga Yahudi Israel yang yakin akan persamaan hak untuk warga Yahudi dan warga Arab. 78 persen warga Yahudi Israel menentang keikutsertaan partai-partai politik warga Arab dalam pemerintahan.

Polling-polling lainnya juga menunjukkan bahwa warga Yahudi Israel menginginkan warga Arab disingkirkan untuk menjaga karakter ke-Yahudian dan karakter Zionis Israel. (ln/iol)