Mantan Kepala Pusat Komando AS Jenderal Anthony Zinni menyatakan, sejumlah pejabat tinggi terutama Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld harus meletakkan jabatannya karena telah menimbulkan bencana dan kesalahan startegi di Irak.
"Integritas, melanjutkan misi dan melakukannya dengan benar lebih penting daripada sekedar loyalitas," kata Zinni pada acara "Meet the Press" NBC, seperti dikutip AFP. Menurut Zinni, integritas, kejujuran dan performa serta kompetensi harus lebih dikedepankan dalam masalah ini.
Ditanya siapa saja yang harus meletakkan jabatannya terkait dengan kebijakan pemerintah AS di Irak, mantan jenderal korps marinir itu dengan tegas menjawab, "Harus dimulai dari menteri pertahanan."
Popularitas Menhan AS Donald Rumsfeld sendiri, dalam tiga tahun belakangan ini memang makin menurun akibat kebijakan-kebijakannya di Irak. Misalnya keterlibatan Rumsfeld dalam skandal penjara Abu Ghraib. Media massa AS melaporkan bahwa taktik interogasi disertai dengan penyiksaan fisik di penjara itu atas sepengetahuan pejabat-pejabat senior di Pentagon, termasuk Rumsfeld.
Human Right Watch sudah mendesak Presiden AS George W. Bush untuk menunjuk seorang jaksa penuntut khusus untuk menyelidiki keterlibatan Rumsfeld dalam penyiksaan pada para tahanan di Irak.
Rumsfeld juga mendapat kecaman dari Kongres dan rakyat AS karena tidak menyediakan rompi anti peluru yang cukup bagi para tentaranya yang bertugas di Irak, sehingga banyak di antara tentara itu yang membelinya dengan uang sendiri.
Jenderal Zinni yang mengepalai Pusat Komando AS dari tahun 1997 sampai 2000, juga menyalahkan Menlu Condoleezza Rice yang dinilainya sudah menutup-nutupi berbagai kesalahan AS di Irak.
"Kita hanya mendengar menteri luar negeri mengatakan soal kesalahan taktik. Apa yang terjadi bukanlah kesalahan taktik tapi kesalahan strategi, kesalahan kebijakan yang telah dibuat di sana," ujar Zinni.
Satu tahun setelah invasi AS ke Irak, Zinni mengkritik para pejabat tinggi di Pentagon yang menurutnya telah menerapkan strategi yang janggal dan melakukan kelalaian tugas di Irak. Ia mengingatkan bahwa intervensi AS ke Irak yang sangat agresif telah menyebabkan masyarakat di wilayah Arab melihat AS sebagai ‘kekuatan kolonial modern’ dan ‘pasukan perang salib modern.’ (ln/iol)