Tangan Zionis Israel berlumuran darah. Pembantaian di Qana, Libanon Selatan, oleh mesin perang udara Israel yang membabi buta telah menewaskan 55 orang warga sipil, mayoritas adalah kaum perempuan dan anak-anak. Namun, para pengamat dan tokoh politik Timur Tengah banyak yang sepakat bahwa tindakan gila itu dilakukan militer Israel untuk menjawab kegagalan militernya menggempur gerilyawan Hizbullah.
Bahkan analis dan tokoh yang menyimpulkan hal ini, tidak berasal dari luar Israel. Justeru para tokoh Israel sendiri yang menyatakannya. Mereka menolak pernyataan militer Israel melalui radio Israel tentang pembantaian di Qana.
Ketua Pitana Israel, Avegdur Liferman, Ketua Partai Likut Bunyamin Netanyahu, Ketua Dewan Luar Negeri dan Keamanan Knesset Likud Yoval Stainsti, semuanya menyatakan bahwa aksi keji yang dilakukan militer Israel adalah bentuk kekesalan militer Israel atas pernyataan pemimpin Hizbullah Hassan Nashrullah sebelumnya. Nashrullah hari Sabtu kemarin, menyatakan bahwa tentara Israel tak merealisir target kemenangan militer apapun dalam perang yang telah berlangsung lebih dari 18 hari ini.
Sementara Presiden Libanon Emil Lahud dalam keterangan persnya menegaskan bahwa pembantaian Israel memang dilakukan sebagai jawaban atas kegagalan militer Israel di Selatan Libanon. Para pengamat militer Timur Tengah yang diwawancarai Islamonline juga menegaskan hal yang sama. Qashim Qashir, analis politik Libanon menyebutkan, “Pembantaian Qana upaya untuk mengalihkan kerugian militer Israel di hadapan pejuang Hizbullah di Selatan Libanon. Ia memandang Israel memang tidak mampu merealisir kemenangan di Libanon Selatan lalu mengendalkan serangan udara untuk melakukan pembantaian baru yang bias menutupi kelemahan militernya yang sejauh ini takluk melawan milisi Hizbullah di Bint Jbail dan Maron Ras yang hingga kini masih dikuasi gerilyawan Hizbullah.
Hari Sabtu kemarin, Nashrullah menegaskan, “Musuh Zionis Israel akan bias mewujudkan impian militernya. Ini sudah ditegaskan oleh para pengamat militer dan dunia seluruhnya.” Nashrullah lalu merincikan sejumlah keberhasilan pejuang Hizbullah dalam menghadapi militer Israel. Misalnya, penghancuran kapal perang Israel yang memberi kerugian telak, juga terpukul mundurnya unit militer khusus Israel Golani yang sebelumnya dielu-elukan sebagai pasukan artileri pilihan.
Libanon memang mengalami kerugian korban sipil yang lebih besar dalam hal ini. Dalam satu hari, tercatat 55 orang meninggal, di antara mereka termasuk 21 anak-anak. Mereka diserang secara tiba-tiba pada pagi buta oleh sejumlah pesawat udara militer Israel. Inilah serangan paling berdarah Israel yang dilakukan dalam perang Libanon kali ini. Mengingatkan kita pada pembantaian Qana pertama yang juga dilakukan oleh Israel, pada tahun 1996, yang korbannya pun adalah sipil. (na-str/iol)