Dianggap Bekerja untuk CIA, Lembaga Amal Save The Children Diusir dari Pakistan

Dianggap Bekerja untuk CIA, Lembaga Amal Save The Children Diusir dari Pakistan

Staf asing organisasi amal Save the Children diperintahkan untuk meninggalkan Pakistan dalam waktu dua minggu.

Menurut badan amal tersebut pemerintah Pakistan tidak memberikan alasan di balik pengusiran itu tetapi wartawan BBC mengatakan langkah itu adalah dampak operasi pembunuhan Usamah bin Ladin.

Menyusul operasi yang menggemparkan dunia tersebut, seorang dokter berkebangsaan Pakistan ditangkap dengan tuduhan bekerja untuk Badan Intelijen Amerika, CIA.

Dr Shakil Afridi ditangkap setelah muncul dugaan bahwa ia menjalankan program vaksinasi palsu untuk CIA sebagai bagian dari upaya melacak Bin Ladin, yang tewas dibunuh oleh pasukan khusus AS di kota Abbottabad Mei tahun lalu.

Pejabat intelijen Pakistan menuduh Save the Children terlibat dalam kasus itu. Tuduhan itu telah dibantah.

Meski Pakistan dan AS adalah mitra dalam perang melawan militan, pemerintah Pakistan memandang hal itu sebagai pengkhianatan.

Laporan media setempat mengatakan Dr Afridi berkomunikasi dengan para staf badan amal tersebut.

Namun Save the Children mengatakan Dr Afridi tidak pernah dibayar untuk pekerjaan yang ia lakukan untuk mereka dan tidak pernah menjalankan program vaksinasi, meski ia memang menghadiri sebuah seminar sebelum penangkapannya.

Wartawan BBC mengatakan pengusiran tersebut diyakini tidak akan memiliki dampak besar terhadap operasi badan amal itu di Pakistan dalam jangka pendek.

Seorang juru bicara Save the Children di London mengatakan pada BBC bahwa mereka berusaha meminta klarifikasi dari pemerintah Pakistan terkait pengusiran tersebut.

Ia mengatakan belum bisa mengatakan apakah akan mengirim staf pengganti dalam waktu dekat.

Sedangkan pemerintah Pakistan hingga saat ini belum memberikan komentar resmi.

Lembaga amal Save the Children sendiri juga disinyalir menjadi alat untuk melakukan kristenisasi di wilayah bencana, seperti bencana tsunami yang terjadi di Aceh beberapa waktu lalu.(fq/bbc)