Dialog, Awal Baru Hubungan Harmonis Muslim dan Yahudi di AS

Umat Islam dan Yahudi di AS seharusnya bisa menjadi contoh sukses hubungan antara dua umat beragama, bagi masyarakat dunia. Menurut sejumlah pengamat, kedua kelompok agama minoritas di AS ini, sudah sangat terbuka dan mau berintegrasi dengan masyarakat AS, cuma masih harus mengintensifkan dialog guna menjembatani jurang pemisah yang masih ada antara umat Islam dan Yahudi di seluruh dunia.

Direktur American Muslim Studies Program di Universitas Georgetown, Zahid Bukhari mengatakan, umat Islam dan Yahudi harus memulai "awal hubungan baru" yang lebih harmonis dengan berdialog antara satu dengan yang lain.

"Saya berharap model ini bisa dicontoh di tempat-tempat lain, " kata Bukhari.

Sementara itu, Direktur bidang riset di Institute for Social Policy and Understanding, Farid Senzai berpendpat, masjid-masjid dan sinagog-sinagog yang ada di AS sudah berupaya melakukan dialog untuk memulai "awal baru" itu.

Seorang Rabbi Yahudi yang juga penulis, Brad Hirschfield mengatakan, dibandingkan di Inggris dan Prancis, masyarakat Yahudi dan Muslim di AS, secara umum lebih mampu beradaptasi dan berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya.

Bukhari menambahkan, latar belakang yang berbeda-beda masyarakat Muslim di AS, menjadi faktor yang mendukung keterbukaan mereka, karena mereka tidak mudah dipengaruhi oleh kelompok tertentu.

"Di Amerika, kita memiliki warga Muslim dari sekitar 80 negara berbeda. Usia mereka lebih muda, lebih berpendidikan, lebih profesional, dan lebih mampu berbaur ke dalam masyarakat setempat, " kata Bukhari.

Menurutnya, di tempat lainnya seperti di kawasan Eropa, masyarakat Muslimnya lebih terkonsentrasi, hanya dari negara tertentu saja. Misalnya di Prancis, kebanyakan warga Muslimnya berasal dari Aljazair dan Maroko saja. Sedangkan di Inggris, kebanyakan warga Muslimnya berasal dari kasawan Asia Selatan.

Rabbi Marc Schneier, pendiri sinagog di Manhattan juga menyatakan optimis, hubungan antara warga Muslim dan Yahudi di AS bisa lebih erat. Ia mencontohkan kasus yang belum lama ini terjadi, ketika seorang mahasiswa Muslim membantu empat orang Yahudi yang dikeroyok di kereta oleh sekelompok remaja Kristen.

"Ini merupakan contoh yang sangat, sangat kuat dari apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hubungan antara warga Muslim dan Yahudi, " ujar Schneier. (ln/iol/alarby)